“Ayolah jangan bilang kamu tidak suka nge-mall.”
Ano melirik Divo dengan tak percaya. “Central Park! Tapi, bukankah semua mall sudah tidak ada lagi pengunjungnya? Ini cuma supaya terlihat hidup saja.” Tunjuk Ano pada semua lampu-lampu dan led terbesar se-Jakarta yang masih menyala.
“Memang betul sudah tidak ada lagi pengunjung tapi, aset tetaplah aset jadi Perdana Group tetap merawat Central Park sebagaimana mestinya.”
“Jadi semua ini milikmu?”
Divo berusaha menahan senyumnya. “Secara teknis sih begitu.” Ia lalu mengajak Ano untuk masuk lewat pintu depan, motornya sengaja dibiarkan di pinggir jalan. Tidak ada satupun orang terlihat di lobby Centra Park. “Silahkan.” Sambil membukakan pintu masuk.
Ano langsung berputar-putar melihat Central Park yang maha luas masih terawat dengan baik, semuanya seperti sebelum gelombang kedua. Setiap store di lantai satu masih buka mulai dari Birkinstock sampai Steve Madden. Tapi, tidak ada satupun penjaga bahkan, manusia yang terlihat berjaga. “Jadi semua toko ini, dibiarkan begitu saja?”
“Ada tim yang merawat ini semua setiap pagi, mereka memastikan mall ini terlihat hidup sebagaimana mestinya,” jelas Divo.
Ano mengangguk lalu memasuki Birkinstock store, ia mulai melihat-lihat koleksi berbagai sandal yang dipajang. Lalu mengencek satu demi satu, sampai matanya memperhatikan Arizona Soft Footbed, sandal dengan warna metallic copper itu begitu indah, sampai-sampai Ano memutar-mutar demi bisa melihat setiap sisi.
“Ada yang bisa dibantu Nyonya Rosano?” tanya Divo dengan celemek karyawan Birkinstock kemudian mengambil kantung dari meja kasir. “Kalau Nyonya Rosano suka tinggal dimasukan ke dalam kantung saja.”
“Serius!”
Divo mendekat dan memasukan sandal Birkinstock ke dalam kantung belanja seraya berkata. “Semua yang ada di sini miliku dan kamu bisa ambil apapun yang disuka.”
Ano langsung memegang kepala dengan kedua mata terbuka lebar, ia tidak percaya saat Divo mengatakan hal tersebut. Seisi Central Park ini bisa di bawa pulang dengan gratis! Tanpa pikir panjang ia langsung berlari ke Steve Madden store dan memilih highheels Steve Madden Vivie seharga Rp 1,7 juta. Tidak cukup sepatu saja, Ano pun mengambil tas Steve Madden Bquilted seharga Rp 1,3 juta.
“Hanya segini Nonya Rosano,” goda Divo sambil mengangkat kantung belanja. “Kita masih punya Giordano, Victoria Secret, Guess, Zara dan Swarovski di lantai atas.”
“Baiklah kalau begitu, ikuti saya,” kata Ano sambil berjalan ke arah escalator dengan Divo mengikuti di belakang seperti pelayan nyonya besar.
Pertama- tama Ano masuk ke dalam Zara store dan pandanganya langsung tertuju pada gaun Mini Draperi berwarna biru muda. Ia langsung mengambil dan mencobanya, Mini Draperi itu terlalu panjang baginya sehingga sampai ke mata kaki tapi, Ano sangat menyukai dan memutuskan untuk langsung saja memakainya. “Bagaimana.” Dengan pose bak model ketika keluar dari kamar pas.
Divo hanya tertawa sambil bertepuk tangan.
Selanjutnya Ano mengambil dua buah, Flowing Halter Dress berwarna cokelat dan merah kemudian memasukan ke dalam kantung yang dipegang Divo. Lalu sebuah gaun bermotif longgar jatuh dan beberapa asesoris. Tidak lagi menemukan yang menarik Ano keluar dan berhenti di depan Swarovski, ia lalu melihat pada Divo. “Apakah yang ini bisa kumiliki?”