Masih terasa pelukan Divo di depan lobby Central Park tadi malam, ada sesuatu dibalik pelukan yang begitu erat tersebut tapi, tumpukan pekerjaan di pagi ini memaksa Ano untuk menaruh hal tersebut untuk lain kali saja. Ia belum mengirimkan brief dan berkonsultasi dengan bagian legal untuk membuat kontrak, hari ini pun masih harus bertemu beberapa KOL.
Setiap gerakan Ano yang sedari tadi bolak balik antar lantai, menarik perhatian orang-orang. Terlebih saat ia menemui bagian legal dan tak sengaja bertemu dengan Bu Miles. “Flowing Halter? Saya suka stylemu.”
“Terima kasih Bu Miles, ini cuma baju diskon,” balas Ano kemudian mengambil berkas dari bagian legal dan kembali naik ke lantainya. Beberapa anak marketing yang kebetulan berada di situ bersama Bu Miles, saling berbisik. Sekembalinya ke meja Ano mendapati beberapa email masuk di smarTabnya dan berasal dari KOL-KOL lain yang memberikan jadwal untuk briefing. Selesai memberikan mark pada email-email tersebut, ia sadar sudah waktunya makan siang lalu, melirik ke dalam ruangan Divo kemudian teringat belum saatnya semua orang tahu sehingga, Ano pun turun sendiri ke cafetaria.
***
“Sepertinya ada yang terlihat berbeda hari ini?”
Ano mengerlingkan kedua bola matanya. “Ini cuma baju diskon saja.”
Tanti memicingkan mata. “Ini semua dapat diskon?” telunjuknya memutar ke tubuh Ano.
Ano pun mengangguk dengan menahan tawa. “Dapat dari teman yang kebetulan reseller.”
“Baiklah,” kata Tanti sambil mengaduk makan siangnya. “Ngomong-ngomong kamu terlihat sibuk beberapa hari ini sampai tidak ada di meja?”
“Jadi beberapa hari ini, Aku harus kontak KOL buat campaign,” jelas Ano sambil menyendok bawang yang mengambang di sayur sopnya. “Ada beberapa yang memang harus ketemu langsung, termasuk untuk hari ini dan kamu tidak akan percaya kemarin ketemu siapa?”
“Siapa?” tanya Tanti dengan penuh antusias.
“Dokter Winarto!”
Tanti nampak berpikir sekaligus bingung. “Dokter seleb yang dulu vokal banget soal pandemi tapi, bukankah dia tidak selamat?”
“Salah besar, dia sehat dan kemaren aku ketemu langsung di Kali Anyar.” Ano sengaja menskip bagian dimana ia bertemu dengan orang-orang yang selamat dari infeksi. “Dia ternyata selama ini dibredel sama pemerintah.”
“Pantas saja, sudah lama tidak wara-wiri di sosmed,” tukas Tanti.
“Sorry ganggu, boleh ikut makan bareng?”
“Silahkan Mira,” jawab Tanti dengan malas.
Perempuan berambut panjang tersebut langsung duduk di samping Tanti. “Halo, akhirnya kita makan siang bareng juga.”
Ano hanya tersenyum kecil mendengarnya.