Love In The Time Of Pandemic

waliyadi
Chapter #26

Bab 26

Tangan Ano berusaha menggapai tas yang sedari tadi mengeluarkan getar dan berbunyi, ia berusaha membaca nama yang tampil dalam video call. “Dev, ini jam berapa?” dengan setengah sadar.

“Kamu kenapa?” heran Devi saat melihat wajah sahabatnya yang merah padam. “Dan dimana itu? Tidak kelihatan seperti rusun?”

Ano duduk dan diam sebentar mencoba mengumpulkan nyawa di pagi hari ini, tadi malam terlalu banyak minum champagne sampai tertidur pulas. 

Melihat Ano seperti orang yang kehilangan kesadaran membuat khawatir Devi. “No, kemana saja kamu? Aku tidak dengar kabar sampai berhari-hari dan sekarang kamu kelihatan kusut sekali.”

“Aku lagi di Thamrine Nine,” jawab Ano simple dan masih terus berusaha membuka matanya lebar-lebar. “Habis makan malam sama Divo.”

Mendengar jawaban itu membuat mata Devi fokus ke arah belakang dan melihat sepasang kaki tergolek di lantai. “Siapa itu yang tidur di belakangmu?”

Dengan santai Ano membalikan video call dan memperlihatkan Divo yang masih tertidur pulas. Sementara itu Devi tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, sampai-sampai menjatuhkan handphone. 

“ANOOOOOOOOOOOOOOOO AKU MAU DETAILNYA!” pekik Devi.

Seketika itu juga Ano tersadar, kedua matanya terbuka lebar mendengar pekikan Devi di pagi hari. Ia segera berlari ke ruang tamu, “jam berapa ini?”

“Jam 10 pagi Ano!” kata Devi dengan mata terbelaklak di ujung video call. “Katakan apa yang terjadi!”

“Waduh, aku ketiduran.” Sambil mencari-cari jam di ruangan tersebut.

“Katakan apa yang terjadi!” ulang Devi.

Ano duduk di kursi tamu dan mengambil napas dalam-dalam, merapikan rambutnya lalu menceritakan versi singkat apa yang terjadi tadi malam pada Devi yang terlihat seperti orang kehilangan kewarasan. 

“Jadi cuma minum champagne dan ketiduran!” tegas Devi. “Mana ada cowok seperti Divo Putra Perdana undang cewek ke suite cuma buat makan malam terus bobo cantik di lantai. Ini pasti lebih dari itu dan aku sebagai sahabatmu berhak tahu apa yang tengah terjadi atau makan siang ini, aku bakal membombardirmu di Centennial Tower.”

Mendengar itu Ano langsung menciut, bagaimana kalau Devi sampai mengobrak-abrik kantor dan menemukan yang sebenarnya? Lebih baik memberitahunya sekarang saja pikirnya.  “Hemmm, jadi kita beberapa bulan ini sudah jalan bareng.”

“APAAAAAAAAAAAAA!”

Ano langsung membekam lubang suara handphone dengan tangannya kemudian melihat apakah Devi masih histeris? Ternyata sahabatnya benar-benar kehilangan kewarasan dengan terus saja, memberondong berbagai pertanyaan dalam kecepatan supersonic. Ano tidak punya pilihan selain memberikan versi lengkap apa yang sudah terjadi antara dia dan Divo, ini berhasil membuat Devi tenang namun, kedua matanya tetap saja memancarkan aura tidak percaya.

Lihat selengkapnya