Love In The Time Of Pandemic

waliyadi
Chapter #28

Bab 28

Seminggu berlalu semenjak wajah Dokter Winarto muncul di video tron, kemudian diikuti dengan konten-konten lain. Beragam banner dan billboard sudah memenuhi ruang publik dan di sosial media, hashtag #menemani berhasil menembus 500K post. Semuanya berjalan lancar sampai hari ini, tepat pukul 09:00 ketika Ano masih berada di dalam kereta dan melihat tagar #DokterWinarto masuk trending topik. Sebuah interview di Morning Show dengan cepat menyebar dan sesuai perkiraan, Dokter Winarto dengan gamblang mengemukakan pendapatnya mengenai apa yang terjadi saat gelombang kedua.

Berbagai cuplikan interview menyebar dengan cepat di sosial media dan chat dari Sisca mengkonformasi bahwa, traffic firstmedia.com mengalami lonjakan dasyat pagi ini. Mata Ano terus berpindah dari tab analytic ke tab berbagai sosial media. Matanya terus menatap feed instagram yang hampir kesemuanya merupakan konten dokter Winarto, Ano mencoba membaca komentar-komentar dari beberapa akun yang mengupload Dokter Winarto. Rata-rata berkomentar positif dan mampu menangkap bahwa, yang dikatakan adalah sebuah hipotesa semata. Selanjutnya ia berpindah ke facebook dan menemukan respon dari konten Dokter Winarto amat berbeda, sebagian besar justru gagal menangkap arti kata hipotesa dan mengkaitkan pernyataan Dokter Winarto dengan berbagai teori konspirasi.

Ingin rasanya cepat-cepat sampai kantor untuk memastikan, konten berikutnya dari Dokter Winarto tapi, Ano masih berada di Pasar Baru dan ia menyesal telah menolak ajakan Divo untuk dijemput. Sementara itu, sejauh mata memandang dari dalam commuter berbagai poster dan banner konten Dokter Winarto bertebaran. Wajah sang dokter menempel pada papan iklan di setiap statiun llengkap dengan copy #menemani.  

***

Ano bergegas menuju lantai redaksi dan bertemu dengan Sisca, memastikan semua sesuai dengan arahan yang diberikan. "Semua konten Dokter Winarto aman?"

Sisca mengajak Ano ke ruang editing video, masih ada konten taping untuk talk show yang diambil kemaren. "lihat ini," tunjuk Sisca pada video yang menampilkan seorang host berkali-kali mengatakan, ini adalah hipotesa. "Semua headline yang akan naik, sudah dipastikan menekankan pada kata hipotesa."

Lega rasanya saat tahu Sisca melakukan arahan dengan baik dan benar. "Terima kasih banyak atas semuanya."

"Hei, aku hanya melakukan apa yang kamu arahkan," balas Sisca.

Ano pun pergi dari lantai redaksi ke mejanya dan bersantai sambil membuat segelas cappuccino. Seperti biasa bos sekaligus kekasih masih belum nampak, Ano yang tadinya menyesal menolak tawaran untuk dijemput sekarang mensyukuri. Ia mengambil laptop dari laci kemudian merebahkan sandaran kursi dan mencoba menikmati pagi yang tenang. 

“Pagi Ano.”

Belum juga menghabiskan cappuccino sudah datang gangguan di pagi hari. “Pagi juga Mira.” 

“Sorry nih, aku datang pagi-pagi. Mau minta data campaign buat jualan,” pinta Mira.    

Ano melirik dengan ketus, “data apa yah? Soalnya ada banyak mau reach dan impression atau engagement rate?”

Mira nampak berpikir lalu, “semua saja dah.”

“Wah, kalau itu belum lengkap soalnya campaign baru jalan seminggu,” jelas Ano kemudian menambah senyuman manis. 

“Ok, kalau begitu kapan yah datanya bisa lengkap?”

“Coba datang lagi pas akhir bulan,” balas Ano lalu menyesap cappuccino. 

Dengan sedikit kesal, “ya sudah.” Lalu melirik ke ruangan Pak Divo. “Enaknya di sini pemandanganya bagus.” Kemudian pergi meninggalkan meja Ano.

Sembari melihat Mira masuk lift, Ano segera menghembuskan napas panjang. “Ganggu saja,” gumamnya. 

Tidak lama lift kembali terbuka dan Divo keluar sambil membawa buket bunga, berjalan melintasi meja dengan mantap sambil memberi lirikan pada Ano dan segera masuk ruangannya.

Lihat selengkapnya