Love In The Time Of Pandemic

waliyadi
Chapter #34

Bab 34

Perasaan hampa muncul ketika Ano bangun, ia berpikir ini karena situasi sekarang kemudian mengamati sekeliling rusun. Ia sadar barangnya tidak banyak sehingga tidak perlu repot-repot berkemas lalu, mengambil smarTab dan entah mengapa dirinya ingin sekali menghubungi Divo. Ketika akan mengirimkan mail chat, notifikasi lowbat kedap-kedip dan membuat Ano mengurungkan niat mengirimkan mail chat dan lebih memilih untuk mencharge smarTab. Ada sesuatu pagi ini tappi, ia tidak tahu apa itu sebuah kehampaan yang melanda, membuat dirinya malas untuk melakukan apapun. Ia bangkit dan mencuci muka di kamar mandi lau menatap dirinya, "jangan malas hanya karena dunia akan segera berakhir," katanya pada diri sendiri. Ano pun lekas mandi, sarapan lalu pergi ke statiun.

***

Selama perjalanan menuju kantor, Ano merasa heran dengan membludaknya followers instagram. Sedari pagi, notifikasi new follower terus saja bertambah. Ia mengalihkan perhatian pada group whatsapp dan mencoba mengerti apa yang sedang diributkan oleh anak-anak. Mereka seperti membicarakan dirinya secara tidak langsung namun, Ano tidak begitu peduli karena, hari ini ia akan pergi ke Swiss bersama Divo. Perhatian Ano tertuju pada handphonenya, notifikasi sosial media terus aja datang. “Dari mana orang-orang ini,” kata Ano melihat jumlah followers Twitter dan Instagramnya membludak. 

Suara pengeras commuter berbunyi, ia akan segera tiba di statiun Sudirman. Ano pun memasukan handphone ke kantungnya dan bersiap turun. Pagi ini, ia mendapat tatapan intens dari mbak-mbak yang menjaga counter tiket lalu perempuan yang bekerja di alfamart pun menatapnya tajam. Begitu pula penjaga busway dan seorang perempuan penumpangnya, mereka tidak bisa melepaskan mata dari Ano. hal tersebut mulai membuatnya risih, mungkin karena roknya yang terlalu pendek pikir Ano. 

Tapi pagi itu menjadi mengejutkan saat dirinya sampai di kantor, semua orang menatap tajam. Ano pun segera mampir ke toilet dan berkaca, jangan-jangan ada sesuatu di wajahnya namun semuanya terlihat normal. Dengan segera ia keluar dan naik lift, pagi ini perasaannya menjadi tidak enak sama sekali. Melirik ke ruangan dan Divo belum datang kemudian, mencoba menghubunginya dengan mengirimkan mail chat.

Tiba-tiba sebuah telepon masuk, “Tanti?” heran Ano melihat nama HRD itu di handphonenya. “Halo, Tan ada apa yah?”

“Pagi Ano, bisa ke ruanganku sekarang juga?”

Ano berpikir sebentar dan mengiyakan, “Ok tunggu sebentar.” Ia pun bergegas turun dengan perasaan yang tidak enak.  

***

Tanti terlihat sangat cemas sekaligus sedih, ia menyuruh Ano untuk duduk dan memberinya kesempatan untuk mengambil napas dan rileks. “Ano coba kau berita tahu aku dari dulu, mungkin ini bisa dihindari.”

“Maksudmu?”

Tanti mengeluarkan handphonenya dan menunjukan beberapa foto. “Aku sudah pernah cerita tentang restriction dari BOD bukan?"

Ano hanya bisa menunjukan wajah bingung saat mendengar itu.

Tanti langsung menghela napas, ia terlihat begitu serba salah. "Maafkan karena aku tidak bisa berbuat banyak.” Sambil menyodorkan smarTab.

Ano langsung melotot, “dari mana foto-foto ini?’

Tanti menggelengkan kepala. “Aku dikirimi ini tadi malam langsung dari head hrd Perdana Group.”

“Tapi, foto-foto itu ada smarTabku dan tidak pernah---“

Lihat selengkapnya