Setelah hampir 3 jam Ano dan Bu Minah berkendara, mereka tiba di Pandeglang Labuan. Ada banyak pantai dan resort di Tanjung Lesung namun, Ano yakin Divo tidak akan memilih sembarang tempat. Sejak awal, Ano menyakini jika kawasan KEK Tanjung Lesung ini adalah yang ada di foto. Jalan masuk menuju kawasan utama masih terlihat bagus bahkan, diterangi oleh lampu-lampu besar. Sebuah bangunan besar bertulisankan kantor administrasi menyambut mereka.
“Ini tempatnya?”
“Menurut GPS sih begitu,” Bu Minah menunjuk handphonenya yang tertempel di speedometer.
Ano turun dan memeriksa kantor administrasi, sebuah gedung kecil berbentuk bundar dan diduga dipergunakan sebagai kantor kawasan KEK ini. Untuk sebuah tempat wisata KEK Tanjung Lesung ini sangat terpelihara, padahal ada banyak tempat wisata yang terbengkalai semenjak gelombang kedua. Ano menyakini mengapa KEK Tanjung Lesung ini terawat karena, digunakan sebagai gateway bagi orang-orang kaya seperti Divo. Ia membuka pintunya yang tidak terkunci, lampu menyala dan semuanya terlihat amat sangat rapi.
“Bu Minah istirahat dulu saja di sini,” kata Ano sambil menunjuk sebuah sofa panjang.
“Dek Ano sendiri bagaimana?”
“Sudah istirahat dulu saja, saya juga mau istirahat sebentar.”
Bu Minah mengangguk dan membuka jaket drivernya, ia berbaring di sofa dan menjadikan jaket itu sebagai sellimut. “Ibu yakin ini bakal jadi heppy ending,” lalu menutup matanya.
Ano tersenyum mendengarnya sambil mengamini di dalam hati, ia melihat jam di atas meja dan menunjukan pukul dua malam. Suara lowbat handphonenya mengalihkan perhatian, Ano mengambil charger yang menggantung dari kantung jaket Bu Minah. Setelah mencolok charger, Ano kembali membuka instagram untuk melihat satu foto yang membawanya kemari. Divo berada di sebuah dermaga.
“Dermaga.” sahutnya lalu mencari-cari denah wilayah Kek Tanjung Lesung.
Kantor administrasi mirip dengan sebuah kantor kelurahan, beberapa meja dengan kursi dan sebuah ruang tamu kecil yang sekarang dipakai Bu Minah tidur. Seharusnya kantor administrasi memiliki semua data termasuk peta, Ano mencoba mengeledah meja-meja namun, tidak ada menemukan peta. Perhatiannya sekarang terpusat pada beberapa brosur yang ditempel di tembok, beach club, bungalow serta lagoon tidak ada yang menerangkan dimana letak dermaga.
Ano mulai merasa resah, jangan-jangan dermaga itu tidak terletak di kawasan KEK Tanjung Lesung ini. Ia sudah merasa begitu lelah dan sulit untuk bisa terjaga sehingga, menset alarm pada handphonenya tepat pukul 5 pagi. Dirinya hanya bisa berharap besok masih ada waktu tersisa banginya untuk bisa mencari Divo.
“Ya Tuhan kalau besok hari terakhir, setidaknya izinkan aku untuk bisa bertemu dengannya sekali saja.” Kemudian memejamkan mata dan membiarkan tubuh lelahnya beristirahat.
Ketika dirinya sudah jauh terlelap, bukan bukan mimpi mengenai Divo yang datang melainkan suara merdu Karen mengalun menyanyikan Only Yesterday.
After long enough of being alone