Sementara campaign #menemani sudah hampir berada dipenghujung, semua konten campaign KOL telah naik dan hebatnya keriuhan akibat pernyataan Dokter Winarto terus saja menggema. Lead traffic terus berdatangan untuk web maupun sosial media, orang-orang semakin haus mengenai berbagai hipotesa dan hanya First News yang memiliki akses langsung pada sang Dokter. Ano berhasil menaruh awareness pada audience’s yang ingin mencari berita berimbang tanpa sudut pandang dari pemerintah walaupun mengorbankan unsur thrust.
Data itulah yang tertulis jelas dalam report yang diberikan Sisca pagi ini, ia sengaja memanggil Ano ke bagian redaksi untuk melihat reaksinya. “Aku harap kau sudah punya rencana untuk bulan depan.”
Ano memperhatikan data yang diberikan Sisca, berbagai metrik terpampang pada selembar kertas. “Peak data menunjukan pada dua bulan?”
Sisca langsung menunjuk pada layar monitor yang menampilkan interviews Dokter Winarto. “Semua hipotesa dia merujuk pada timbulnya kluster baru bulan depan dan berikutnya gelombang ketiga akan menerpa.” Lalu beralih pada Ano dengan raut serius. “Ano kalau sampai gelombang ketiga tidak terjadi, reputasi redaksi news akan dipertanyaan.”
“Bukankah semua orang sudah tahu kalau ini hanya hipotesa?”
“Betul! Tapi, campaignmu bukan sekadar meraih awareness saja namun, juga berhasil menggiring opini publik. Sekarang semua mata tertuju pada First News, orang-orang mulai sedikit panik berkat penekanan pada hipotesa dan bayangkan kalau bulan depan tidak terjadi apapun. Siapa yang akan menjadi sasaran kemarahan publik pertama kali?” Sisca merebahkan tanganya seperti sedang menebar sesuatu. “Redaksi!”
“Bagaimana kalau hipotesa Dokter Winarto benar?”
“Aku lebih memilih berhadapan dengan kemarahan publik ketimbang berharap hipotesa dia benar.” Tunjuk Sisca pada layar monitor.
Mata Ano melirik pada orang-orang di luar ruangan yang tengah sibuk. “Berapa banyak manusia di luar sana yang bisa menjatuhkan First News sekalipun, kita akan terlihat menggoreng isu murahan?”
Sisca terlihat berpikir lalu menjawab, “yang jelas tidak cukup banyak.”
Ano lalu berbalik melihat Sisca. “Mungkin silent time ini bukanlah musibah bagi First News lagi pula, mereka semua mau apa? Unjuk rasa di depan kantor? Membuat petisi untuk ditanda tangan ribuan orang?”
“Mereka bisa membuat trending topic tentang betapa First News sangat tidak tidak bisa untuk dipercaya.”
Kali ini Ano memberikan senyum lebarnya pada Sisca.
“There is no such a thing as bad publicity,” kata Sisca sambil menganggukan kepala. “Aku selalu lupa itu.” Kemudian membalas senyum Ano.