Tepuk tangan meriah terdengar dari salah satu ruang perkuliahan. Lani berhasil memukau dosen dan teman-temannya karena presentasi makalahnya yang sangat bagus. Dengan lancar dan tegas Lani membabat habis pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan oleh teman-teman padanya.
Senyum sumringah terlihat di bibirnya, Lani duduk kembali bersama teman-teman. Bara berjalan maju membawa laptop dan sebuah berkas di tangannya. Gilirannya untuk menyampaikan presentasi tugasnya. Lani menyilangkan tangannya di depan dada. Menatap pemuda itu berdiri menyalakan proyektor dan menunjukkan power point tugasnya.
"Tumben dia bikin tugas." Bisik Lalita, teman setu kelas Lani saat melihat Bara yang biasanya tak pernah mengerjakan tugas atau merampas tugas milik mahasiswa lain berdiri di depan kelas untuk presentasi.
"Kita liat aja, siapa yang dia ancam hari ini untuk tugasnya itu." jawab Lani dengan mata sinis menatap Bara.
Tak pernah percaya sedikitpun Lani dengan materi presentasi yang dipaparkan Bara hari ini. Lani tahu betul kelakuan seniornya itu yang setiap hari hanya menyusahkan teman-teman sekelasnya untuk membantunya mengerjakan tugas.
Meski demikian Lani sedikit salut dengan Bara. Dibalik sifat malas dan menyebalkan ternyata dia pandai berkata-kata di depan kelas. Penjelasannya lancar dan mampu menjawab pertanyaan yang dilemparkan padanya dengan baik.
Sampai di akhir sesinya Bara mendapat tepuk tangan dari dosen dan teman-teman. Lani melirik ke arah langkah pemuda itu yang duduk mendekat kepada Chiko. Mencurigakan, Chiko terlihat diam seperti menahan ketakutan saat Bara memegang pundaknya.
Seperti ada ganjalan di dalam hati. Pasti ada peran Chiko dibalik suksesnya tugas Bara hari ini secara Chiko termasuk anak yang cukup pintar di kelasnya. IPK nya selalu di atas 3,5.
Seusai kelas. Lani sengaja menunggu Bara dan Chiko lalu diam diam mengikuti mereka berjalan ke belakang gedung kelas.
Lani mengintip. Terlihat Bara mencengkeram kerah Chiko dan memepetnya di tembok. Chiko yang lemah hanya menurut, kepalanya menunduk saat jari telunjuk Bara menunjuk wajahnya.
"Nih, buat lo hari ini!! Dengan catatan lu harus selesaikan tugas-tugas gue sampai gue lulus." Bara melemparkan beberapa lembar uang ke arah Chiko yang terhimpit.
"Tapi Bar, besok gue presentasi dan bahan presentasi gue udah lo ambil. Gimana gue masih cari materi lagi?" suara Chiko bergetar ketakutan.
"Bukan urusan gue!! Gue udah kasih imbalan buat lo jadi lu gak ada hak nuntut gue. Lu kan pinter, pake otak lu buat mikir!!!" Bara menempelkan telunjuknya ke kepala Chiko.
Lani sangat kesal melihat kelakuan Bara kepada temannya. Benar apa yang dia pikirkan tadi sewaktu di dalam kelas. Tidak mungkin seorang Bara bisa membuat tugas dengan sangat apik. Pasti ada seseorang dibaliknya. Lani sangat geram, ingin rasanya dia melangkah mendekat dan menonjok mahasiswa senior itu namun langkahnya dicegah oleh Varo.
"Jangan ikut campur, lu kan tahu gimana Bara." ucap Varo menarik kembali Lani
"Tapi dia keterlaluan."
"Ssst, Kalau lu langsung negur begini gak akan mempan. Yuk kita ke basecamp. Banyak hal yang perlu kita bahas untuk acara Charity besok."
Lani menurut perkataan Varo. Mereka sedang merencanakan sebuah acara bakti bersama himpunan mahasiswa dan panti asuhan di dekat kampus mereka. Acaranya akan dilaksanakan saat weekend dua hari lagi. Lani sebagai sekretaris memiliki tugas yang cukup banyak dalam mempersiapkan surat-surat dan keperluan administrasi lainnya. Mereka berdua juga perlu menghadap dekan dan rektor untuk mengajukan proposal mereka agar mendapat persetujuan dan bantuan dana dari pihak universitas.
Sore hari selepas tugasnya di basecamp Lani pergi menuju lapangan futsal kampus bersama teman-teman HIMAnya . Ada pertandingan antar himpunan mahasiswa tiap prodi yang dilaksanakan setiap sore.
Lani berjalan ke arah toilet. Sepintas dia melihat Bara tengah duduk bersandar di samping toilete dengan sebuah rokok di antara dua jemarinya. Asap mengepul keluar dari mulut dan hidungnya. Santay sekali.
"Cih!! Mahasiswa nggak berguna. Bukannya pulang malah ngerokok di kampus." gerutunya lalu berjalan masuk ke dalam toilet perempuan.
Bara masih duduk di tempat sampai Lani menyelesaikan hajatnya. Wajahnya mengintip pemuda yang masih asyik sendiri itu. Bara membuang rokoknya lalu menginjak dengan sepatunya, berjalan meninggalkan tempat. Langkahnya berhenti mendapati Lani sedang mengintip dirinya. Lani segera membuang muka saat Bara menyadari keberadaannya.
"Ngapain lu ngeliatin gue?" Mata Bara sayu. Mulutnya bau rokok
Lani menutup hidungnya, "Gue punya mata ya boleh dong liatin."
Lani hendak meninggalkan pemuda tak berguna itu namun Bara segera merentangkan tangannya menempel ke tembok menghalangi langkah Lani.
"Minggir gue mau lewat!!"
"Gue liat-liat lu seneng banget ya ngerecokin urusan gue. Kenapa si lu?" Bara mendekatkan wajahnya menatap Lani membuat Lani merasa risih dan memundurkan kepalanya
"Sebenarnya gue nggak mau ikut campur urusan lu, tapi gue nggak suka ada orang yang suka ngencem temen-temen di kelas gue. Sebagai ketua kelas gue harus membela temen-temen gue dari orang-orang macam lo!!"
"Wohooo ada yang sok jadi pahlawan. Heh, lu tu cewek, jangan sok!!"
"Gue tahu hari ini presentasi lu itu hasil nyuri dari Chiko kan? Gue bakal laporin lu ke dosen biar dicoret sekalian dari kelas, Lu juga udah ngancem-ngancem Chiko kan tadi siang?"
"Bukan urusan lu. Gue peringatkan lu yah. Gue nggak mau ngelawan cewek. Gue masih hormat sama lu. Tapi kalo lagi-lagi lu ikut cmpur urusan gue, habis lu!!" Bara menatap tajam mata Lani dalam jarak dekat membuat Lani bisa merasakan hembusan nafas Bara yang aromanya asap sekali.
Bara mengacungkan jari tengahnya kepada Lani lalu pergi dengan langkah sempoyongan. Lani menghela nafas setelah beberapa saat sempat menahannya karena tegang.
Lani masih tak habis pikir bisa bertemu dengan mahasiswa se -toxic itu di kampusnya. Setelah melihat Bara pergi dengan sepeda motornya, Lani kembali bergabung bersama teman-teman di lapangan futsal.
Langkah mantapnya memasuki lapangan futsal saat pergantian pemain. Tepuk tangan dan seruan namanya menggema saat dirinya mulai berlari mengejari bola.
Rupanya Lani cukup populer bukan hanya dikalangan teman-teman satu angkatannya tapi juga senior dan juniornya. Dia pernah menjadi pemegang IPK sempurna di semester keduanya sebagai mahasiswa hingga menjadi berita viral kampus. Sikap ramah dan enerjiknya menambah nilai plus hingga banyak disukai mahasiswa dan para dosen.
Pagi ini Lani merasa panik karena tugas kelompok yang seharusnya sudah bisa dikumpulkan harus pending gara-gara Bara tak mengerjakan bagiannya. Kelompok mereka pun terpaksa di keluarkan dari kelas karena tak memiliki persiapan matang saat hendak presentasi.
Lani dan ketiga temannya duduk lemas bersandar pada dinding luar kelas, mendengarkan teman-teman mereka masih melanjutkan presentasi di dalam kelas. Sementara dengan santai Bara duduk di ujung koridor dengan telinga tersumpal earphone.
Lani berjalan penuh amarah mendekat pada pemuda malas itu. Berkas tugasnya ia lemparkan tepat di wajah Bara membuat pemuda itu membuka mata dan berdiri menghadapi Lani.
"Kalo Lu emang nggak ada niat untuk kuliah, nggak usah nyusahain orang lain dong!! Lu tinggal keluar aja dari kampus dan nggak usah susah-susah lagi berangkat ke kampus. Kehadiran lu di kelas kita cuma jadi beban tau nggak."
"Udah ngomelnya?" Bara berdiri santay menatap Lani dengan nafas terengah karena terbakar amarah
"Dasar!! Nggak ada gunanya lu di kampus ini. Nyusahin!! Lu liat temen-temen di sana, lu liat gue. Gara-gara lu nggak ngerjain bagian lu kita semua kena getahnya dan dikeluarin dari kelas pagi ini. Gara-gara lu nasib nilai gue bakalan di ujung tanduk!! My God!! Kenapa harus ada orang kaya lu di kelas gue sih!!" Alani seperti kesetanan menghadapi pemuda di depannya.
"Heh, .."
"Apa?? mau ngomong apa lu?? Mending lu cari kelas lain aja deh angan di kelas gue!! Enek gue liat kelakuan lu!!" Lani tak memberi celah untuk Bara berbicara.
Setelah meluapkan amarahnya, Lani berjalan pergi dan mengajak teman-teman satu kelompoknya pergi dari depan kelas.
Bara mengepalkan tangannya, merasa terhina dengan kata-kata Lani tadi. Senyum liciknya menyeringai dengan mata tajam mengikuti pergerakan Lani.
"Lu liat aja setelah ini gue akan bungkam mulut pedas lu itu!!" ancamnya dalam hati melihat kepergian Lani bersama teman-temannya.