Usai memeriksa beberapa laporan, selang belasan menit kemudian, Erickson kini berpindah ke meja kerjanya, ada banyak laporan menumpuk yang belum sempat disentuhnya akibat meeting bersama Rino dan Vio kemarin. Diraihnya kopi buatan Arthur yang baru ditaruh. Asap mengepul setelah ia tiupkan sedikit udara dan kemudian menyeruput kopi hitam pekat itu sembari matanya tak lepas dari layar komputer di depannya.
"Katakan pada Alice untuk masuk dan bawa proposalnya jika sudah selesai."
Alice merupakan salah satu pekerjanya yang cukup kompeten meski kepribadiannya terkadang membuat Erickson mengernyitkan dahi. Mungkin sifatnya pemalu karena Alice tak pernah mau menatap matanya, atau bisa jadi takut padanya.
Diliriknya luar ruangan dimana bisa ia lihat dengan cukup jelas Alice yang tengah membalik lembar-lembar kertas yang ada di mejanya berulang kali sambil sesekali memainkan pulpen di tangannya setelah Arthur beranjak dari sisinya.
Sudah lama sejak Alice bekerja dengan Erickson. Ia pun sudah tahu bahwa gadis itu cukup memiliki potensi. Karena itulah ia menggaetnya sebagai salah satu orang yang bertanggung jawab dengan event mereka yang akan datang.
"Dia bilang sebentar lagi selesai." Arthur melangkah masuk setelah sebelumnya mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Ya sudah. Bagaimana dengan perekrutan karyawan baru?" Kini tatapan Erickson telah berpindah menatap Arthur.
"Ada beberapa yang menggunakan koneksi dari pemilik saham." Arthur menjelaskan perlahan.
Ya itu sudah pasti, banyak yang memakai koneksi untuk mendapatkan pekerjaan, begitupun di perusahaannya ini. Namun bagi Erickson hal itu tidak penting. Yang dia cari adalah orang-orang yang mau berusaha keras. Karena percuma jika ia meloloskan orang yang hanya mengandalkan kekuasaan untuk mendapatkan pekerjaan.
***