LOVE IS IDIOT

Jessy Anggrainy Rian
Chapter #11

BAB 11. TERJEBAK MASA LALU

Dee menunggu jawaban gue.

“Kalo itu tentang lu, gue balikin lagi ke lu” jawab gue.

“Maksudnya?” tanya Dee yang bingung sama jawaban gue.

“ Kalo isi amplop itu tentang lu, lu yang putuskan siapa aja orang yang berhak tau. Jadi pertanyaannya bukan apakah gue mau tau, tapi apakah lu mengijinkan gue tau?” jawab gue yang bikin Dee kaget.

Dee diam dan lagi-lagi mandangin gue. Sadar Jen.. jangan baper! Beberapa crew masuk dan ngingetin kami berdua kalo shooting akan segera dimulai lagi. Gue mengiyakan dan minta waktu 10 menit untuk Dee bersiap-siap. Gue ambil makan siang Dee yang sedari tadi belum dia sentuh.

“ Makan dulu. Apapun yang terjadi jangan siksa organ-organ lu. Mereka nggak bersalah..” kata gue sambil nyodorin makanan ke Dee.

Gue mah udah banyak nyemil waktu nungguin dia shooting. Dee nurut dan makan. Setelah selesai makan, gue bantu Dee siap-siap. Gue liat mulut Dee masih ada sedikit bekas minyak. Gue ambil tissue dan bersihin mulut Dee. Gue touch up lipgloss dibibirnya yang sempurna. Entah kenapa gue deg-degan banget.

“Kenapa?” tanya Dee yang ngeliat gue salah tingkah.

Gue cuma planga plongo kayak maling ketauan ngutil. Malu! Gue cepet-cepet berbalik mau pergi, tapi tiba-tiba Dee narik tangan gue.

“Gue mau lu tau..” katanya sambil ngasih amplop yang tadi Eve kasih ke gue.

“ Setelah lu tau semua ini, its up to you kalo lu masih mau disamping gue” kata Dee tegas, lalu meninggalkan gue.

Gue masih bengong sama statement Dee. Tadi dia marah banget, tapi sekarang dia mau gue tau isi amplop itu. Kalo biasanya cowok kebingungan sama sikap cewek, bagi gue, sikap Dee jauuuuh lebih membingungkan dari 10 cewek yang digabungin! Gue mulai buka amplop coklat itu. Isinya adalah setumpuk koran-koran jadul yang udah agak usang.

Gue ngeliatin satu-satu tumpukan koran yang ada. Pertama, gue liat tumpukan yang paling atas. Tahun 2000. Gue baca artikel “ Dean Ivander, Pemenang Aktor Cilik Terbaik Asian Movie Award 2000” . Di artikel ini dijelasin bahwa Dee ini ternyata besar hanya sama Mamanya, Mrs. Felicia. Papanya udah meninggal waktu Dee umur 3 tahun. Mamanya yang melihat potensi dalam diri Dee mencoba mencemplungkannya dalam industri entertainment. Siapa sangka di debutnya yang pertama Dee berhasil meroket.

Gue lanjutkan membaca koran selanjutnya. 2004 Kali ini judul artikelnya “ Dean Ivander & New Family”. Disini dijelaskan Mamanya Dee menikah dengan seorang pengusaha jam tangan kaya raya bernama Mr. Arnold Margott. Hmm Margott? Eve Margott. Jadi bener kata si Bill, kalo Eve ini adik tirinya Dee. Tahun 2007 “Kecelakaan mobil mengerikan! RIP Mr. Arnold Margott”. Gue baca artikelnya, yang intinya Papa tiri Dee mengalami kecelakaan mobil di jalan tol. Saat itu, Mr. Arnold pergi bersama istrinya dan mengalami kecelakaan. Nahasnya kecelakaan itu merenggut nyawa beliau, namun Mama Dee selamat dan hanya mengalami luka ringan. Issue tentang perebutan harta warisan antara Dee dan Eve pun mencuat. Ada yang bilang bahwa Mama Dee yang merencanakan kecelakaan itu. DONE.

Gue gemeteran baca berita-berita ini. Semua kayak kejadian di film-film. Tapi ini true story seorang Dee. Gue nggak tau bahwa berita ini ada. Kenapa di google nggak ada. Apakah agency yang membayar semua media untuk tidak lagi mengungkit dan menghapus semua masa lalu Dee? Atau ada seseorang yang terlalu powerful dan berduit untuk membungkam seluruh media di negara ini?

Tahun 2008 “Kekayaan dan Warisan Besar”. Gue baca artikelnya. Dean Ivander menjadi milyader sekarang. Betapa tidak, warisan dari almarhum Ayah tirinya cukup untuk membuat dia berbahagia sampai tujuh turunan.

Tahun 2008 “Mama Dean Ivander divonis penjara 20 tahun, karena merencanakan pembunuhan suaminya”. Tahun ini, seorang Dean Ivander mendapatkan pukulan besar dalam hidupnya! Setelah penyelidikan selama 1 tahun, akhirnya pengadilan tinggi memutuskan vonis hukuman 20 tahun penjara bla bla bla.. Gue nggak sanggup baca. Jadi selama ini Dee bener-bener sendirian, nggak ada keluarga sama sekali. Makanya semalem dia bener-bener happy waktu dirumah gue. 

Tahun 2009, “HEBOH! Selama ini Dean Ivander berpacaran dengan adik tirinya!” Didalam koran itu ada foto-foto mereka kencan, mesra dan berciuman. Kok lagi-lagi hati gue kerasa sakit. Bener kan feeling gue kalo Dee nganggep si Eve ini lebih dari adiknya. Tapi kenapa mereka sampe pisah? Gue cari-cari lagi artikel selanjutnya, tapi korannya nggak ada lagi. Gue coba-coba browsing di internet, cari tau tentang Dee dan Eve. Tapi nggak ada berita apapun tentang mereka. Gue liat tahun 2010 Dee pindah ke Savvana Agency. Pasti Agency gue udah melakukan pembersihan data tentang Dee.

Gue kayak lagi nyusun puzzle disini. Jadi Mama Dee nikah sama Papa Eve yang kaya raya. Lalu Papa Eve meninggal karena kecelakaan dan ada kemungkinan Mama Dee yang mengatur “kecelakaan” itu. Mama Dee dipenjara, berarti udah 12 tahun Mamanya di penjara. Kalo emang seudah kecelakaan itu Eve sempet pacaran sama Dee, kenapa Eve seperti benci sama Dee? Dan yang paling penting, kenapa Eve pengen gue tau tentang masa lalu Dee? Gula.. gue butuh gula.. kepala gue mulai pusing.

Nggak kerasa waktu udah menunjukkan jam 4 sore. Gue janjian sama Ferdinand jam 6 sore, tapi tampaknya nggak keburu. Akhirnya gue telpon Ferdinand dan gue minta dia jemput gue dilokasi shooting. Ferdinand mengiyakan. Feeling gue saat ini mixed banget. Gue nggak tau apakah gue masih ingin bersama Ferdinand atau apakah hati gue udah keisi sama Dee?

Walau kelakuannya nyebelin, perkataannya nyakitin, tapi somehow, gue ngerasa nyaman disamping Dee. I mean disamping Dee, gue nggak takut, nggak malu, nggak canggung buat jadi diri gue apa adanya. Gue beresin semua barang-barang Dee di ruang make up, termasuk si koran-koran itu. Gue simpen baik-baik. Gue nggak mau koran-koran ini sampe jatoh ke tangan orang yang salah. Nggak lama Dee masuk ke ruangan itu.

“Beres” kata Dee.

“mm.. kalo sekarang lu pulang sendiri nggak apa-apa? Gue dijemput Ferdinand” kata gue.

Dee mandangin gue, seperti ada rasa kecewa dimatanya.

“Oke” jawabnya cepet lalu mengalihkan pandangannya dari gue.

Yeehh, okenya cepet banget sih. Gue saat ini malah kangen diajak berantem sama Dee. Gue masukin semua barang Dee ke mobil. Nggak lama Dee nyusul ke mobil.

“Jangan lupa besok meeting jam 10 di MobMovie ya” kata gue mengingatkan.

Dee nyuekin gue, dia ngambil tangan gue dan kasih sesuatu ke gue, terus dia langsung naik ke bangku supir, nyalain mobil dan pergi gitu aja.  Entah kenapa gue sedih banget. Gue malah ngerasa jarak antara gue dan Dee makin besar. Padahal semalem semuanya baik-baik aja. Gue liat apa yang Dee kasih. Dia kasih masker ke gue. Masker yang tadi pagi dia kasih ke gue. Mata gue berkaca-kaca hanya karena perhatian kecil ini. Kenapa? Kenapa lu harus kasih perhatian ke gue?

Jam 6 tepat Ferdinand datang jemput gue. Saat ngeliat gue , dia langsung tersenyum. Tapi kali ini, bagi gue senyum Ferdinand tidak semenawan ketika kami pertama kali ketemu. Gue naik ke mobil Ferdinand. Sepanjang jalan, gue hanya diem, demikian juga dengan Ferdinand. Gue nggak konsen karena otak gue cuma dipenuhin sama Dee. Gimana luka ditangannya? Diobatin enggak? Ada makanan enggak dipenthousenya?

Lihat selengkapnya