Karena semalem gue nggak bisa tidur, gue telat bangun hari ini. Sialnya gue lupa pasang alarm. Jam 11 gue harus udah sampe ke Bentwood Hotel untuk persiapan Pers Conference Dee. Sekarang udah jam 10. Gue udah kayak orang gila, bangun, mandi, make up seadanya dan damn! Mata gue kayak panda abis digebukin! Bengkak bangettttt huhuhu..
Gue cepet-cepet panggil taksi online. Untungnya cepet datengnya. Jam segini emang nggak sepadet kalo pagi, pas jam sekolah dan jam masuk kantor. Jam 10.55 gue sampe ke Bentwood Hotel. Gue langsung lari-lari kayak orang gila menuju Ballroom, ruangan buat pers conference. Pas gue sampe Ballroom, gue liat Bu Anna , rekan-rekan dari MobMovie udah dateng. Gue sapa mereka.
Ballroom ini besar dengan karpet bernuansa vintage. Lampu gantung yang mewah, meja kursi yang sudah berjajar rapih dan nggak lupa jamuan makan siang untuk para wartawan. Memang actor sekelas Dee nggak mungkin mengadakan pers conference ditempat kecil. Sedikitnya kami mengundang 80 orang wartawan, dari 50 media di tanah air.
Bu Anna sempet melotot, kasih sinyal ke gue buat beresin rambut gue yang super amburadul. Kemudian gue dikasih script dan di briefing seputar pertanyaan – pertanyaan yang kemungkinan besar akan diajukan wartawan. Gue lihat ke sekeliling mencari keberadaan Dee. Dia ataupun Eve belum kelihatan. Pers Conference akan berlangsung jam 1 siang. Tumben Dee belum datang, biasanya dia selalu datang lebih cepat dari waktu janjian.
Jam 12.00, tapi Dee belum muncul. Gue udah mulai deg-degan. Gue coba telpon Dee, tapi nggak diangkat. Gue coba chat Dee, juga nggak dibales. What happen? Bu Anna udah mulai kayak cacing kena garem, nggak bisa diem dan mulai keluar kata-kata umpatan. Gue anggep beliau lagi nge’rap ajalah. I don’t care. Contoh nyata dari metafora Papa semalam ya ini. Mulut Bu Anna adalah sesuatu yang gue nggak bisa kendalikan, ya kan? Gue coba telpon Dee sekali lagi, dan tetep nggak diangkat.
“ Dee.. please angkat.. please..” gue coba telpon Dee lagi.
“ Saya nggak ngerti lagi, kenapa kamu segitu tololnya nggak jemput Dee pagi ini?!” maki Bu Anna.
Apa gue jemput ke Penthousenya? Tapi jam segini udah nggak mungkin sempet. Para wartawan udah mulai berdatangan. Pihak MobMovie juga udah mulai gelisah. Masa sih Dee kabur? Nggak mungkin. Dee bukan orang yang lari dari tanggung jawab. Setau gue, dia orang yang komit, apalagi soal kerjaan. Liat aja dari ketepatan waktunya kalo bikin janji temu sama orang. Tapi kali ini kemana Dee?
Gerd gue kumat, gue mulai batuk-batuk. Gue cepetan ambil air minum dan keluar. Gue turun ke lobby, gue tunggu Dee disana. What should i do? Apakah mungkin pihak Agency yang mewakili Dee untuk berbicara didepan wartawan? Tapi kalo jawaban gue ngelantur gimana? Gimana kalo image Dee jadi jelek karena dia nggak muncul di Pers Conference ini? Tuhaaannn.. kenapa sehari aja hidup gue nggak bisa tenang?
12.30, perasaan ini kayak nungguin bom mau meledak. Sumpah! Seumur hidup gue, baru kali ini gue ngerasa saat ini seperti mimpi buruk. Gue pengen cepet-cepet bangun dan bilang kalo ini nggak nyata! Gue cepetan lari lagi ke ballroom dan gue dengan nekat nyamperin Bu Anna dan perwakilan MobMovie. Gue mengajukan ide apakah mungkin kalo gue yang berbicara mewakili Dee? Bu Anna maki-maki gue, pihak MobMovie juga maki-maki gue. Kepala gue kayak muter - muter.
KRRRIIIIIIINGGGGGG!!!!! Suara alarm ngebangunin gue. Gue kebangun dengan sangat kaget! Gue ngerasa badan gue keringetan dan gue super haus. Gue lega.. lega ternyata barusan itu cuma mimpi. Mimpi buruk. Gue menarik nafas dalam. Gue liat jam. Jam 7 pagi. Gue cek HP Manager. Yang pertama gue buka adalah story Dee. Storynya udah dihapus, begitu juga ribuan komen yang masuk. Hmm.. apa Dee yang ngehapus? Atau jangan-jangan itu bagian dari mimpi gue?
Gue chat Dee untuk bangunin Dee dan ngingetin dia tentang jadwal hari ini. Klik. Sent. Ting! Nggak lama ada balesan singkat dari Dee “Ok” . Fiiuuuh, balesan singkat ini bikin gue lega banget. Tapi gue terngiang-ngiang ucapan bu Anna di mimpi gue. Perasaan gue nggak tenang. Akhirnya gue siap-siap dan memutuskan buat jemput Dee ke Penthouse.
Gue panggil taksi online dan berangkat ke penthouse Dee. Gue udah nggak peduli sama pemandangan tentang Eve dan Dee yang akan gue terima pagi ini. Yang penting gue harus memastikan pers conference hari ini semua berjalan lancar. Sesampainya di penthouse Dee, sebelum masuk ke ruang tamu, gue narik nafas dalem-dalem. Gue buka pintu dan masuk ke dalem.