LOVE IS IDIOT

Jessy Anggrainy Rian
Chapter #17

BAB 17. A WINNING STATEMENT

Perjalanan pun dimulai. Entah kenapa, Eve dan Dee nggak berbicara satu sama lain. Mereka sibuk dengan HPnya masing-masing.

“ Sayang, kamu harus selametin Jen loh.. semalem dia udah resmi jadi pacar orang” Eve memecahkan keheningan.

Hah? Dia tau darimana? Apakah selama ini dia menyewa detektif untuk mengetahui semua gerak-gerik gue?

“ Selamat yaaa Jen.. “ lagi-lagi Eve sok-sok manis ke gue.

Gue hanya tersenyum getir. Dee mandangin gue dari kaca spion dan gue nggak mau banyak liat kaca spion. Gue sengaja nyetir mobil agak ngebut. Gue udah nggak tahan semobil sama si Eve yang terus-terusan nanya tentang Ferdinand. Pekerjaannya lah, kapan ketemu sama gue lah, dan sebagainya. Intinya si Eve pengen kasitau ke Dee, kalo gue udah jadi milik orang lain!

Finally, kami sampai di Bentwood hotel. Seperti biasa kami tiba lebih awal dari jam yang seharusnya. Pers Conference akan dilakukan pk 13.00. Dee dan Eve langsung menuju ke VIP Room. By the way, gue baru sadar, manager dan agencynya si Eve kemana ya?

Gue menuju ke Ballroom tempat Pers Conference dilaksanakan. Persis seperti di mimpi gue, Bu Anna, Mr. Suji dan Miss Nadya sudah disana. Gue di brief materi Pers Conference. Setelah selesai, gue bawa materi itu ke ruang VIP. Tapi sebelum beranjak, Bu Anna manggil gue.

“ Pengganti kamu udah ada ya! It is still a secret, oke! Yang akan gantikan kamu adalah Emily Trent, putri Direktur” kata bu Anna.

“ Hah?” Gue sampe melotot nggak percaya.

“ Kok kaget? Bukannya kamu seneng, minggu depan kamu bisa bebas dari Dee?” tanta bu Anna heran.

“ Oh.. eh.. iya.. maksudnya kok bisa miss Emily mau jadi manager Dee? Bukannya Miss Emily pegang kantor pusat? ” tanya gue ke Bu Anna.

“ Feeling saya, Direksi ingin langsung pegang kendali atas Dee “ kata Bu Anna lagi.

“ Bu..mmm.. nanti Bu Anna akan bilang apa ke Dee?” tanya gue ragu-ragu.

“ Yah bilang saja kebijakan perusahaan. Lagipula selama ini Dee nggak pernah keberatan kalo Managernya diganti-ganti. Saya aja heran, kenapa kemarin dia minta kamu personally? Setelah saya pikir, mungkin kamu ada nyinggung dia, jadi dia mau kasih kamu pelajaran.” Bu Anna menjelaskan panjang lebar dan gue hanya tersenyum getir.

Gue nggak tau gimana seluk beluk politik perusahaan. Tapi kalo sampe Dee dipegang langsung oleh direksi, artinya beban pekerjaan Dee akan semakin banyak. Gue baru ngerti arti sapi perah dan mesin ATM yang Dee maksud waktu awal kami meeting. Tiba-tiba gue merasa sangat bersalah sama Dee. Harusnya dari awal gue nggak setuju permintaan bu Anna. Harusnya dari awal Dee nggak tandatangan pembaharuan kontrak itu.  Demi uang 100 juta, gue mendorong Dee lebih dalem.

“ I still have another news for you..” kata Bu Anna bisik-bisik.

“ Apa?” gue menatap bu Anna dengan feeling nggak enak.

“ Starting today, Eve akan masuk ke agency kita, nanti dia akan sampaikan kabar ini di pers con” kata Bu Anna.

Gue pandangin Bu Anna, nggak mau percaya. Bagi gue, sosok Eve begitu mengerikan. Ternyata cinta bisa membuat seseorang jadi mengerikan. Bu Anna ninggalin gue yang masih terpaku di lorong hotel. Gue menarik nafas dalam-dalam, dan gue melangkah menuju VIP room.

Sesampainya di VIP Room, Eve dan Dee sedang sibuk sama HP masing-masing, seperti di mobil. Tapi begitu ngeliat gue datang, si Eve mulai lagi bertingkah. Manja-manja ke Dee, nemplok-nemplok, pengen bikin sirik gue gitu. Nggak sekalian aja lu pipis di sekeliling si Dee, di marking kalo Dee adalah area teritori lu! Kekanakan sekali. Sebenernya gue ngerasa Dee nggak mau terlalu gubris Eve. Sikapnya ke Eve nggak hangat, tapi juga nggak dingin. Mmmm.. apa ya.. seperti pasrah. 

Gue nggak mau mikirin. Gue langsung kasih materi briefing tadi ke Dee dan Eve. Gue minta mereka berdua buat pelajarin. Gue keluar buat bawain mereka makan siang. Naaah, mulai keluar lagi nih tanduknya si Eve. Dia minta gue bawain minuman dingin, multivitamin, juice, kopi, salad. Dalam 30 menit gue bolak/ik dari resto ke VIP Room bisa 6x!

Gue mah iyain aja, take the highroad. Ada kalanya si Dee sampe melototin Eve, tapi begitu Eve melirik ke Dee, si Dee cuma diem aja. Kenapa ya? Kok gue ngerasa Dee seperti dibawah ancaman? Gue ngerasa, Dee bukanlah sosok pria yang senurut ini bisa sampe dikendalikan segitunya sama Eve. Atau mungkin Dee sedang belajar respect sama Eve?

Lihat selengkapnya