LOVE IS IDIOT

Jessy Anggrainy Rian
Chapter #19

BAB 19. KONSPIRASI

“ Gue rasa, semenjak Jen ketemu lu, dia selalu terluka! Sebenernya lu apain dia?!! Sebagai partner kerjanya , lu harusnya bisa jagain dia, anjing!” Ferdinand teriak marah banget.

Gue ngeliat Dee dengan pandangan sangat menyesal. Dee hanya duduk diam dibawah, dia nggak marah. Gue tarik tangan Ferdinand dan minta dia buat turun. Akhirnya Ferdinand mau turun ke bawah bareng gue. Ferdinand masih kesal, gue liat mukanya masih merah, dadanya naik turun. Gue tau Ferdinand khawatir sama gue, tapi gue nggak terima dia intervensi pekerjaan gue. Ting! Pintu lift terbuka. Kami berdua masuk ke dalam lift.

“ Kita ke hospital sekarang” kata Ferdinand sambil menggandeng tangan gue.

Gue hanya diem. Badan gue menggigil parah, gue lemes dan ngeglosor ke bawah. Untung Ferdinand cepet nangkep gue. Dia mau gendong gue, tapi nggak kuat. Hahaha.. jangan berharap kayak di film atau drakor, dengan segampang itu, ceweknya gampang dibopong. Akhirnya dia gendong gue dipunggung. Dia masukin gue ke mobil.

“ Ke rumah aja” kata gue ke Ferdinand yang cuma mandangin gue tanpa ekspresi.

“ Saya mau, besok kamu nggak usah kerja” Ferdinand ngomong gitu terus tutup pintu mobil.

Gue hanya diam. Urusan kerjaan adalah urusan gue. Seharusnya Ferdinand nggak segitunya ikut campur sama urusan pekerjaan yang menghidupi gue selama ini. Gue benci hospital, jadi gue memilih pulang ke rumah. Gue pengen Papa yang ngerawat gue, itu lebih dari cukup. Walaupun Papa pasti sangat shock ngeliat gue babak belur kayak abis perang.

Ferdinand nurut anter gue pulang. Seperti dugaan gue, Papa sangat panik ngeliat gue seperti udah mau tumbang. Gue dianter ke kamar Papa, karena gue udah nggak ada tenaga buat naik ke atas. Setelah mengantar Ferdinand pulang, Papa segera masuk ke kamar dan bawain gue baju ganti.

“ Sini, Papa obatin dulu luka bakarnya. Padahal kamu bisa minta terigu ke orang hotel. Masih panas nggak?” Papa sangat khawatir dan ngolesin salep dingin ke badan gue.

“ Kamu udah makan? Makan dulu terus minum obat ya?” Kata Papa lagi.

“ Tenang.. tenang.. pake salep ini, nggak akan berbekas lukanya” Papa tiup-tiup pundak gue.

Kalo pun berbekas, biarlah ini jadi kenangan buat gue. Luka ini menunjukkan betapa gue ingin melindungi Dee hari ini. Papa nggak tanya gue disakiti sama siapa. Papa bukan tipe orang yang mengorek-ngorek luka. Bagi Papa yang udah terjadi, nggak usah dibahas lagi. Jadi saat ini, Papa lebih fokus bagaimana supaya gue sembuh, daripada membuang-buang waktu membahas kenapa dan kenapa.

Gue ganti baju, makan dan minum obat penurun panas. Gue demam sampe 39 derajat celcius. Papa bilang kalo besok gue masih demam, gue harus ke hospital, takut ada infeksi. Sebelum tidur gue chat bu Anna, nanya keadaan Dee dan gue ijin 1 hari untuk istirahat. Bukan karena gue nurutin Ferdinand tapi gue memang perlu istirahat. Bu Anna langsung bales chat gue instantly.

“ Dee gpp! Dia nggak akan tuntut pacar kamu! Ok, 1 hari!” bales bu Anna.

Gue langsung kasih jadwal Dee besok ke bu Anna. Gue sih pengennya nemenin Dee shooting besok. Tapi keadaan badan gue nggak memungkinkan. Apalagi besok Dee ada shoot klip single dan filmnya. Gue sejujurnya khawatir ada luka diwajah Dee karena pukulan Ferdinand tadi. Gue kesel banget sama Ferdinand yang nggak bisa menghargai pekerjaan gue. Kepala dan mata gue mulai berat, dengan HP ditangan, gue langsung menutup mata tertidur.

Lima hari berlalu semenjak kejadian itu. Dalam waktu lima hari ini, tentu saja banyak drama yang terjadi dalam hidup gue. Berita tentang Dee yang berpacaran dengan Eve pun udah menyebar ke seluruh dunia. Agency tetap nggak mau buka suara tentang masalah ini. Diforte, ada yang nyelametin, patah hati, nangis-nangis, ahhh udahlah. Gue pun mulai menerima fakta tentang hubungan mereka, walau gue tau, ini hanya keputusan Eve sepihak.

 Drama selanjutnya, Papa memutuskan menutup toko sembakonya, karena setiap bulan tokonya merugi, bahkan untuk bayar gaji pegawai pun Papa terkadang meminjam uang pada Ama. Gue bertekad, 5 hari lagi kontrak gue sebagai Manager Dee selesai. Gue akan menerima uang 100 juta dan gaji Full tanpa potongan untuk cicilan. Kalo gaji gue full, gue akan bisa bantu toko Papa untuk bertahan.

Lihat selengkapnya