LOVE IS IDIOT

Jessy Anggrainy Rian
Chapter #20

BAB 20. GOOD BYE

Ferdinand hanya terdiam. Gue liat mukanya yang sangat kebingungan dan ketakutan.

“ Fer.. for the last time.. jawab pertanyaan saya, kenapa kamu bisa tau tentang lift itu?” tanya gue untuk yang ketiga kalinya.

“ Please.. saya gak mau kehilangan kamu Jen..” kali ini Ferdinand memohon ke gue.

“ Saya bisa janji satu hal sama kamu. Kalo kamu ceritakan semuanya dengan jujur, kamu nggak akan kehilangan respect saya. “ gue tegaskan ke Ferdinand.

Ferdinand melangkah mundur dan duduk disofa. Kepalanya menunduk, dia meremas-remas tangannya sendiri. Gue liat keringet mulai mengalir dari pelipisnya. Mukanya sangat tegang, dia menghela nafas dan memandang gue.

“ Kami kenal di Australia. Gue waktu itu masih mahasiswa praktek disana. Eve sering datang untuk konsultasi dengan saya. Dia banyak bercerita tentang Dean. Dia sangat rapuh….But, one thing led to another, ternyata kami.. dua orang yang punya cerita yang sama.. dua orang yang hanya bisa mencintai satu orang…. kami…  “ Ferdinand kembali menunduk.

Gue tetep diem dan berusaha tenang, walau gue deg-degan setengah mati, menantikan kenyataan apa yang akan Ferdinand beberkan.

“ Kami terbawa arus… kami nyaman dengan satu sama lain. Kami…. Disana.. kami… “ Masih menundukkan kepala, Ferdinand seperti sulit mau mengeluarkan kata-katanya.

“ Kalian tidur bersama?” tanya gue tanpa basa-basi.

Ferdinand terkejut gue bisa menebak isi otaknya. Entah kenapa akhir-akhir ini gue sangat mudah membaca sikap Ferdinand. Bagi gue dia seperti buku terbuka yang mudah dibaca.

“ Tapi itu waktu di Australia! “ Ferdinand langsung berlutut menghampiri gue dan menggenggam tangan gue.

“ Setelah saya kembali kesini, kami nggak pernah kontak satu sama lain! Sumpah!” Ferdinand masih berlutut dan menggenggam tangan gue dengan lebih erat.

“ Nggak usah bersumpah.. “ kata gue dingin, mata gue udah mulai berkaca-kaca.

“ Eve mulai kontak saya lagi setelah kamu jadi Manager Dean. Eve ngerasa keganggu dengan Dean yang selalu semangat cerita tentang kamu. Padahal awalnya semua berjalan lancar. Eve berhasil dekat lagi dengan Dean. Mereka berhubungan baik. Saya pun berhasil kontak dan deket sama kamu” Kata Ferdinand menjelaskan.

“ Jadi semua salah saya dan Dean?? Kalian berdua mengerikan.. Obsesi kalian untuk memiliki kami, benar-benar mengerikan.. Jadi kamu udah tau siapa Eve sewaktu di chapel? Kamu juga udah tau bahwa Eve akan sebarin foto saya dan Dean? Kamu juga tau bahwa perbuatan Eve itu akan berdampak buat kerjaan saya dan Dean?! Pekerjaan yang selama ini membantu saya dan Papa buat survive!! ” Badan gue bergetar karena sangat marah.

Selama ini gue dibodohi sama Ferdinand. Kalo Eve yang membodohi gue, gue nggak peduli. Tapi ini Ferdinand. Orang yang gue anggap bisa gue percaya. Orang yang gue consider untuk menjadi pendamping hidup gue. Orang yang gue suka pertama kali.

“ Kamu tau apa yang paling menjijikan buat saya? Kalian sudah tidur bersama! Kamu begitu marahnya dengan fakta Dean mencium saya. Kalo nggak ada kejadian hari ini, kapan kamu akan berhenti membodohi saya?” Gue melepaskan tangan gue dengan kasar dari genggaman Ferdinand.

Gue meneteskan air mata. Gue nggak pernah sangka bisa ada konspirasi mengerikan seperti ini.  Gue pikir kejadian semacam ini hanya ada di film-film. Semua langsung bersatu seperti potongan puzzle di otak gue. Jadi Eve yang kasih foto Dee cium kening gue ke wartawan. Pantes aja besoknya Ferdinand langsung ngaku kalo dia adalah Arief, dengan harapan cinta lama gue bersemi kembali.

Hari dimana gue terima Ferdinand, di chapel itu, gue denger Ferdinand bilang di telpon “ Don’t go to far! At least sekarang kita udah dapet apa yang kita mau!” . Ternyata saat itu dia bicara sama Eve, yang mungkin mau sebarin foto ciuman gue sama Dee di lift. Eve juga kasih gue koran-koran tentang artikel Dee, berharap gue akan menjauhi Dee. Apakah Dee tau semua ini? Gue langsung teringat perkataan Dee. Dee percaya bahwa selama ini Eve hanya setia pada Dee saja.

“ Kamu pinter menyimpan kebohongan kan? Jangan sampe Dee tau masalah ini!” gue tatap Ferdinand yang masih berlutut didepan gue.

“ Jen.. kasih saya satu kali kesempatan lagi..” rengek Ferdinand.

Lihat selengkapnya