Dua hari berlalu sejak kejadian itu, dan selama dua hari juga gue nggak ngeliat Eve. Eve nggak keliatan di Penthouse Dee. Dee bilang dia minta Eve untuk pulang dulu. Gue nggak mau kepo, jadi gue nggak banyak nanya. Mengejutkannya, hubungan gue sama Dee juga membaik. Dua hari ini, semua berjalan sangat mulus. Bahkan gue ngerasa Dee lebih ceria, banyak bercanda dan natural sama gue. Gue pun jadi lebih terbuka dan santai ke Dee.
Udah 1 minggu, proses shooting film dengan MobMovie sedang berlangsung. Gue harus akuin bahwa chemistry Dee dan Eve saat shooting benar-benar natural dan memukau semua orang. Well, mereka nggak perlu acting sih, karena mereka memang udah connected. Mereka banyak mengejar ketinggalan proses shooting yang untungnya semua very well maintained. Bahkan diperkirakan jadwal shooting bisa selesai lebih cepat. Syukurlah, gue berharap pas gue selesai jadi manager Dee, shooting udah selesai.
Hari ini, kami shooting di Bantari Amusement Park. Taman bermain yang paling besar di Antaland. Demi shooting hari ini, Amusement Park ini di book exclusive. Jadi nggak boleh ada tamu umum masuk. Ya iyalah, kalo ada tamu umum masuk, yang ada si Dee diserbu. Udah lama gue nggak pernah kesini. Selain karena harga tiket masuknya mahal, gue dan Papa super cupu alias penakut. Kalo main kesini biasanya kami cuma jalan-jalan dan main di wahana anak kecil.
Cerita shooting hari ini, Dee menunggu kedatangan Eve ditempat kencan mereka pertama, yaitu Amusement Park ini. Tapi Eve nggak kunjung datang, karena kecelakaan. Dee yang nggak tau kalo Eve kecelakaan, tetap menunggu sampai malam hari, sampai amusement Park ini tutup. Memang cerita-cerita dalam drama harus dibuat lebay, karena pada dunia nyata, mana ada sih cowok yang mau nungguin seorang cewek segitu lama?
Jadi shooting hari ini, berlangsung tanpa Eve. Eve shooting ditempat yang berbeda dengan Dee. Memang untuk mempercepat proses produksi, terkadang mereka harus membagi 2 team. Shooting berlangsung dengan lancar hari ini. Nggak kerasa hari udah malem, gerimis mulai kembali turun. Gue suruh Dee ke mobil dulu, supaya nggak kehujanan. Gue briefing sebentar sama tim MobMovie.
Kami briefing di area terbuka. Hujan mulai turun semakin deras. Tiba-tiba Dee datang dan mayungin gue. Semua crew yang masih ada disitu, langsung terpaku dengan perlakuan Dee ke gue. Gue langsung pamitan sama mereka dan gue langsung ambil payung dari tangan Dee, supaya terkesan gue yang mayungin dia. Karena memang payungnya kecil untuk berdua, jadi bagian pundak gue masih kehujanan. Dee dengan spontan merangkul gue supaya nggak kehujanan. Lagi-lagi, semua crew yang masih disitu mulai berbisik-bisik.
“ Dee, stop it. Orang-orang ngeliatin..” kata gue dan mencoba melepaskan rangkulan Dee.
“ Loh kenapa? Emang gue nggak mau lu keujanan kok..” si Dee malah makin mendekap gue.
“ Deeee.. nanti lu kena gossip lagi” kata gue mulai merengek.
“ Ya silahkan aja. Lagian ini bukan gossip kok,, ini fakta” kata Dee lagi sambil mandang gue yang bengong.
Gue heran sama sikap Dee beberapa hari ini. Dia semakin blak-blakan nunjukin perhatiannya ke gue. Bahkan nggak segan meskipun didepan banyak orang dan Eve. Kebayang dong Eve tanduk dikepalanya udah berapa banyak. Dee nggak biarin gue bawa barang berat lagi.
Dee jadi sering ambilin air minum buat gue, beliin kopi, bawain makanan, bahkan suka tiba-tiba nyuapin gue sesuatu. Bahkan beberapa hari ini, Dee yang setir mobil. Malah kadang gue yang sedikit risih dengan sikap Dee ini. Yang dunia tau Dee adalah pacar Eve. Gue pasti dianggap orang ketiga.
Hari ini pun begitu. Dee yang menyetir mobil menuju penthouse. Setelah sampai, Dee minta gue buat mandi, karena baju gue udah hampir basah semua. Dee kasih pinjem kemejanya ke gue. Kemeja warna biru muda. Gue langsung mandi dan ganti baju. Ahh.. wanginya Dee, gue suka. Wangi yang manly tapi lembut.
Karena badan Dee tinggi, jadi kemeja Dee ini kayak daster dipake sama gue. Hampir selutut panjangnya. Gue keluar kamar mandi dan nyari Dee. Dee nggak ada di lantai 1. Gue panggil-panggil Dee, ternyata dia ada di lantai 2, dan Dee nyuruh gue naik ke lantai 2. Lantai 2 yang sebelumnya Dee nggak ijinkan gue buat naik.
Gue beranikan diri buat naik. Gue terkejut, karena lantai 2 yang kali ini sangat rapih. Beda banget sama waktu awal gue naik kesini. Gue liat Dee lagi menghadap jendela besar didepan ranjangnya. Walau hanya memakai kaos tipis, Dee tetap kelihatan ganteng. Dee memandang gue dan tersenyum. Dee lalu mematikan lampu di lantai 2 dengan remote lampu ditangannya, sehingga suasana jadi remang-remang.
“ Sini.. jangan mikir aneh-aneh.. Gue yakin lu pasti suka pemandangan ini” kata Dee yang ngeliat gue bengong diujung tangga.