Begitu melihat Eve, gue langsung melepaskan genggaman tangan Dee. Gue nggak mau dengan cara ini menyakiti Eve. Walau Eve selalu cenderung ingin menyakiti dan menghina gue. Biar bagaimanapun Eve adalah cewek yang pernah hadir dalam kehidupan Dee dan Dee pernah mencintainya. Biar bagaimanapun gue paham gimana rasanya laki-laki yang kita cintai, nggak balik mencintai gue. Ditambah gue juga tau bukan orang yang sempurna.
Dee kembali menarik tangan gue dan menggenggamnya, seolah mau menunjukkan kepada Eve, bahwa kami berdua adalah sepasang kekasih. Dee menarik gue mendekat kepada Eve. Eve memandang kami tanpa ekspresi. Gue pun memandang Eve dan tidak berusaha menghindari pandangan matanya.
“ Eve.. lets stop.. “ kata Dee tulus kepada Eve.
Eve memandang tangan gue dan Dee yang saling bergandengan, kemudian dia tersenyum sinis.
“ I see.. coba kita lihat, setelah lu tau ini, apakah lu masih mau menggenggam tangannya?” kata Eve ke Dee sambil memberikan sebuah amplop berwarna coklat.
Lagi-lagi amplop coklat. Rahasia apa lagi yang mau dia beberkan pada gue dan Dee? Selalu cara ini yang Eve pakai untuk memisahkan gue dan Dee.
“ Eve.. stop.. “ Dee menepis amplop coklat itu dengan lembut.
Gue melepaskan tangan Dee dengan lembut, menatap Dee dengan tulus.
“ Kalian bicara ya.. gue tunggu diluar.. “ kata gue sambil tersenyum ke Dee.
Gue pengen kasih Dee dan Eve waktu buat ngobrol dan menyelesaikan masalah mereka. Dee mengiyakan saran gue. Gue balik badan.
“ Berhenti! Penipu!” Eve teriak ke gue.
“ Gue pernah bilang kan, kalo gue akan cari cara supaya mata Dee bisa ngeliat siapa lu sebenernya!” Eve berkata-kata lagi.
Gue membalikkan badan gue. Feeling gue udah nggak enak. Dee bingung, dia memandang Eve sambil menahan marah.
“ Wanita jalang ini, berhasil membodohi lu Dee. Dia sekongkol dengan Agency, supaya lu mau tanda tangan pembaharuan kontrak. Lu tau dia membohongi lu demi uang berapa? 100 juta! Kalo lu nggak percaya, nih buktinya. Lu tau, selama ini gue nggak pernah bohong sama lu kan Dee?” kata Eve membeberkan semua yang mau gue sampaikan malem ini ke Dee.
Gue speechless and shock. Gue udah nggak mau cari tau darimana Eve tau kontrak itu. It doesn’t matter. Faktanya Dee sekarang udah tau. Dee menatap gue dengan pandangan nggak percaya. Dia nggak perlu ngeliat amplop yang Eve bawa, karena Dee sangat percaya sama Eve.
Dee memandang gue, seperti ingin bertanya apakah yang dikatakan Eve benar? Gue menundukkan kepala. Air mata gue mulai menetes. Gue nggak berani menjelaskan apapun ke Dee, karena gue tau bagi Dee saat ini semua omongan gue hanya akan terdengar seperti alasan. Dee terdiam, tangannya mengepal dan gue liat badannya bergetar menahan marah.
“ Bagi Perusahaan kalian, Dee adalah mesin penghasil uang! Makanya kalian menggunakan segala cara supaya Dee nggak keluar dari Agency kalian! Kalian nggak peduli apa maunya Dee, yang penting Dee menuruti semua kemauan kalian?! Yang gue nggak ngerti, lu yang bilang sayang sama Dee, tapi ternyata lu tega bohongin Dee DAN MENJUAL KEPERCAYAAN DEE dengan uang 100 juta?!!” Eve terus nyerocos dan memperkeruh suasana.
BUUUGGHH!! Dee memukul dengan keras tembok yang ada didepannya. Gue dan Eve sangat terkejut. Dee terus menunduk, pundak Dee naik turun, dan gue yakin Dee sangat marah sama gue. Gue tau Dee paling benci dibohongin, karena Mamanya sering bohongin dia waktu kecil. Makanya gue nggak mau Dee tau masalah Eve dan Ferdinand. Gue tau Dee akan sangat terluka dengan kebohongan. Dee nggak mau ngeliat gue. Gue ngeliat tangan Dee yang mulai berdarah.