Kelas Nana lebih dulu bubar. Jadi, cewek itu lekas menuju kelas Aru di XII IPS 1. Di tangannya sudah siap goodie bag berisi koleksi spesial komik yang kemarin dijanjikan.
Jam pelajaran Aru ternyata belum selesai. Nana berdiri di sisi dinding, lalu mengecek ulang judul komik yang dibawanya. Oke, sip. Dia siap bertemu Aru.
"Ada apa, Na?"
Nana menoleh, refleks memelototkan mata. Ternyata Okta berdiri di sampingnya. Astaga, Nana lupa kalau kelas Aru berarti kelas Okta juga!
"Aku bukan mau ketemu kamu tau!" balas Nana tajam. Bertepatan dengan itu Aru melengos dari dalam kelas.
"Aru!" Nana buru-buru nyamperin cowok itu. Males banget kalau harus berada di situasi awkward bareng Okta.
Aru berhenti, menoleh ke belakang.
"Kenapa?" tanyanya singkat.
"Kamu lupa atau gimana, sih?" Nana menyerahkan goodie bag-nya yang udah disiapkannya dari semalam.
Aru menatap tas kecil itu cukup lama. Tangannya ragu-ragu mengambil, tapi matanya langsung berbinar waktu ngeliat salah satu cover yang menyembul.
Nana tau sebenernya cowok itu terpaku kalau dia beneran punya komik edisi spesial. Tapi Nana gak mau lama-lama di sana karena Okta masih mengamati mereka. Tatapan cowok itu udah semacam laser pengintai.
Nana merasa gak nyaman. Terintimidasi.
"Kita ke kantin Uni aja, yuk. Sambil bahas ide berita apa yang kamu punya."
Aru mengernyit. "Maksudnya berita?"
"Kamu lupa apa yang kita omongin semalam?!" Nana mencoba buat ngambil balik goodie bag di tangan Aru.
Tapi cowok itu buru-buru menepisnya. "Iya, iya, aku ingat. Tapi aku harus mastiin dulu kalo komiknya emang gak ada cacat!"
"Terserah kamu."
Aru mengikuti Nana ke kantin Uni --kantin khusus kelas sebelas. Lebih kecil dari kantin utama, tapi cukup nyaman untuk mengobrol. Beberapa siswa duduk bergerombol. Suasana riuh rendah.
Begitu duduk di salah satu meja pojok, Aru langsung membongkar isi goodie bag dengan antusias. Tangannya cekatan membolak-balikkan halaman, memastikan tidak ada kerusakan sedikit pun di sana. Nana sampai heran melihatnya.
Tiga menit berlalu, inspeksi itu masih belum berakhir sampai Nana bosan sendiri. "Aku beli jajan dulu kalo gitu."
Tanpa menunggu respons Aru, Nana segera melangkah ke bagian penjual. Cewek itu mengambil risol, bakwan, pie buah, dan air mineral. Gorengannya agak dingin, maklum sebenarnya titipan dari kantin utama. Tapi hari ini Nana enggak terlalu peduli.