Ruang Ibu Huda sunyi. Hanya terdengar suara kipas angin tua yang berderit pelan. Nana membuka lagi map-nya. Artikelnya sudah selesai, lengkap dengan infografis dengan warna-warna lembut dan font yang konsisten buatan Aru.
Nana tersenyum kecil. Perasaannya melembut. Cewek itu merasa sangat beruntung dikelilingi orang-orang baik di sekitarnya. Seandainya enggak menulis artikel ini, kayaknya dia bakal stuck dikhayalan. Bukan di titik ini, bersiap untuk pertarungan terakhir.
Nana menarik napas pelan. Setelah memastikan semuanya sudah siap, dia mengetuk pintu.
"Silakan masuk." Suara Ibu Huda terdengar dari dalam. Lalu seperti biasa, Nana disambut oleh bau dokumen-dokumen tua. Rasanya seperti mengulang bab pertama yang sudah lama dia tinggalkan.
"Saya mau setor artikel, Bu," katanya pelan.
Ibu Huda menoleh dan tersenyum kecil. "Silakan Nana, taruh di sini," katanya sambil menepuk pelan sisi meja di sampingnya.
Namun, saat Nana melangkah, seseorang kembali mengetuk pintu.
Okta.
Entah kenapa mereka selalu dipertemukan dalam situasi yang genting.
Cowok itu membawa flashdisk dan selembar kertas print out. Dia juga tampak kaget Nana, tapi dengan cepat memasang ekspresi netral. "Permisi, Bu, saya mau setor naskah."
"Wah, dua-duanya bareng, ya," ucap Ibu Huda sambil mengangkat alis, "kebetulan."
"Silakan taruh di meja." Ibu Huda mengulang perkataannya.
Tapi bagi Nana, enggak ada yang kebetulan di dunia ini. Termasuk juga mereka berdua yang sama-sama menyerahkan bahan ke meja Ibu Huda, lalu tanpa sengaja saling bersentuhan. Keduanya sampai refleks menarik tangan masing-masing.
Seketika tubuh Nana terasa panas. Jantungnya berdegup keras.
"Ada dua artikel bagus hari ini, ya?" tanya Ibu Huda setengah menggoda.
Sekilas Nana dan Okta saling pandang. Diam. Enggak ada yang menjawab.
"Coba ceritakan tentang artikelmu, Na." Ibu Huda memancing mereka bicara.
Nana mengangkat wajah. Ekspresinya penuh keyakinan diri. "Saya menulis tentang gaya belajar anak-anak di SMA Cendikia, Bu, pakai survei yang disebar," jelasnya, "saya juga kasih grafik dan kutipan opini siswa. Pendekatannya naratif, tapi pakai data."
"Bagus." Ibu Huda mengangguk. "Kombinasi fakta dan cerita."