Memasuki koridor sekolah, rasanya hentakan langkahku terdengar lebih keras dari siapapun. Yang kuharapkan kali ini adalah: semoga orang-orang tidak mengira aku binatang buas yang kabur dari pusat rehabilitasi sebelum disuntik bius. Demi sejuta cowok ganteng! Aku tak akan sanggup seharian di sekolah dengan mood bobrok begini.
"Pagi, Laura!"
Tidak. Bukan, itu bukan untukku.
"Pagi!" Yang diajak bicara menjawab dengan seulas senyum kemilau, semerbak aroma vanilla dan kibasan rambut yang menawan.
"Aku sudah lihat iklan yang kamu bintangi. Really cool!"
Laura Rosalinda, jika kamu belum mengenalnya, akan kuperkenalkan. Dia adalah anak semata wayang pengelola sekolah swasta ini, SMA Veritas. Ayahnya menyumbang dana yang benar-benar membantu pengembangan sekolah ini. Sekaligus ... pencetus beasiswa yang kujalani. Ya, aku hanya salah satu dari sekian orang yang beruntung diterima di sini. Dan perlu kamu tahu, karier Laura sebagai aktris remaja mulai berkembang. Selain muncul di iklan, kudengar dia ada project dalam beberapa film lokal.
Bukannya aku menguping ya, tetapi loker si Laura ini tepat berada di sebelah lokerku. Tidak heran aku selalu mendengar obrolan para siswa sosialitaーRachel dan Clarissa, kedua kaki tangan Laura (apakah aku terlalu kejam?)ーini setiap pagi. Belum lagi orang-orang yang ingin menyapa, berkenalan, dan mendekati pusat mode dan kepopuleran SMA Veritas ini. Mereka akan menguarkan aura mewah yang membuatku sesak, seperti, "Hei, permisi Nona-nona! Tapi kalian mengambil sebagian besar teritoriku!"
Oke, kini aku terdengar sirik.
Tapi benar-benar deh. Sebagai remaja normal (aku punya sisi baik juga, percaya tidak?), aku juga ingin memiliki apa yang Laura punya. Meski perasaan itu hanya setitik, jauh di dalam lubuk hatiku.
Oh, apakah aku belum memperkenalkan diri?
Mitha Oryza, gadis remaja yang benar-benar biasa. Salam kenal.
###
Setelah mood yang terombang-ambing sepagian ini, akhirnya seulas senyum hadir juga di wajahku. Bahkan rasanya tubuhku tak menapak lantai.
Oke, itu berlebihan memang. Tapi dapat sekelompok dengan cowok yang disuka dalam tugas sekolah, adalah salah satu hal paling membahagiakan, bukan? Terima kasih kuucapkan kepada Bu Wati, guru Kimia kami yang memberi tugas kelompok beranggotakan empat orang. Aku dan Kristin, sahabatku, tentu bergabung. Kemudian Tristan, anak yang paling heboh (jika aku adalah hewan buas, dia adalah orangutan!) di kelas menawarkan diri untuk bergabung, datang bersama Alfa.
Dan saat itulah, ada seekor ayam jantan berkokok heboh dalam perutku.
"Mit." Suara seorang cowok memecah lamunanku. "Kamu kenapa sih?"
Kuharap itu Alfa. Tapi itu sama saja berharap sebuah UFO menghantam bumi dan mengaku utusan Aristoteles melalui mesin waktu untuk mengajarkan salam masa depan dengan tarian poco-poco .... Dengan kata lain: mustahil.
"Ah, tidak apa-apa," jawabku. "Memang kenapa?"