Mendung telah menggantung sejak siang. Harusnya, siang tadi ia bertemu dengan beberapa teman penulisnya. Sayangnya, hujan rintik-rinting di awal bulan September membuyarkan segalanya. Wanita berusia akhir kepala dua memutuskan bertelepon video membicarakan sedikit soal kolaborasi novel mereka.
Sampai malam tiba, hujan masih turun. Rintiknya mengenai kembang sepatu di dekat pintu samping dari kaca. Vasya mengelus kedua lengannya sambil membenarkan kembali tirai pintu, berbalik sebab seruan asisten rumah tangga.
"Ibu mau makan sekarang? Mumpung masih hangat," tawar wanita menjelang lima puluh tahun itu ramah.
"Iya, Bi. Hujan enggak berhenti-berhenti, jadi lapar."
Asisten rumah tangga yang biasa dipanggil Bi Ika mengangguk, mempersilakan majikan wanitanya untuk mulai makan malam. Dia menyiapkan keperluan majikannya sebelum menghilang dari ruang makan, mengantar secangkir kopi dan singkong goreng mentega yang cocok dimakan di cuaca seperti ini pada satpam pribadi.
"Wih! Masih ngepul, Bi Ika! Makasih," kata satpam yang mengambil sepotong singkong goreng mentega sambil berjingkat karena masih panas.
"Masih panas, main ambil aja!" seru Bi Ika sekalian tertawa.
"Iya, Bi. Aromanya harum, jadi laper!" Satpam itu mencuil potongan singkong gorengnya, mengunyah sesekali sambil meniup bersamaan.