Cincin tunangan yang melekat di jemari Lava kini masih terpampang jelas. Meski Lava memutuskan untuk mengakhiri hubungan, dirinya sendiri juga belum siap kehilangan. Mulai dari sana, gadis itu menjaga jarak dari orang-orang yang hanya ingin berkenalan, mendekat lalu meninggalkan. Fase itu sudah Lava lalui dari masa-masa kuliah. Dirinya sudah lelah jika harus mengalami momen itu kembali. Kalau Leo bisa merendahkan ego dan menahan pukulannya, bisa dipastikan Lava mengalah. Tapi tidak lagi, batinnya sudah tersakiti. Lava tak mau terus membela kebaikan Leo di depan mamanya yang sangat mendewakan kekasihnya. Sudah cukup.
Perpisahan itu terjadi karena Lava menjumpai Leo dengan amarah yang membumbung tinggi. Lelaki itu berani membentak Lava di keramaian hanya karena dirinya salah memesankan menu makanan. Sungguh, kalau memang gadisnya dianggap seorang ratu, Leo takkan berani mempermalukan Lava di depan umum. Dengan kasar, Lava mengambil tas dan pergi dari sana. Tak peduli berapa mata menatapnya sedih, ia sudah bersikeras meninggalkan Leo meski pria itu tetap menarik tangannya ke pelukan.
Lava tidak lagi menangis. Ia bahkan setegar itu saat berucap, “Kita harusnya berakhir. Keadaan kita nggak memungkinkan untuk sama-sama lagi.” Namun hal tersebut justru membuat Leo takut. Takut karena perpisahan itu berhasil diucapkan Lava. Dan ya, memang sudah terjadi. Pertahanan Lava buyar.