Seorang siswi perempuan yang duduk dipojok belakang ruangan kelas itu terlihat sedang fokus memperhatikan layar ponsel dengan kedua matanya. Walaupun suasana kelas sedang ramai-ramainya (karena sudah jam istirahat), siswi itu kelihatan tidak terganggu sama sekali dan tetap fokus dengan ponsel yang ada ditangannya tersebut.
“Alexa!”
Siswi itu hampir saja melempar ponsel yang ada ditangannya keatas setelah mendengar suara teriakan yang memanggil namanya barusan. Dengan wajah jengkel dan kedua mata yang menyipit, Alexa langsung mengalihkan tatapan tajamnya itu kearah sosok yang kini sedang berjalan kearahnya tersebut.
“Lo bikin gue hampir kena serangan jantung tau gak!”
“Sorry, sorry!” Sahut si pelaku dengan santai. Tidak lama kemudian, siswi perempuan itu lantas duduk diatas kursi kosong yang berada tepat disebelah tempat duduk Alexa. “Lagian lo fokus banget melototin layar hape! Lagi liatin apa, sih?”
Alexa lalu menunjukkan layar ponselnya yang masih menyala terang itu, kearah Sarah— sahabatnya yang kini sudah ikut memperhatikan layar ponsel milik Alexa tersebut.
“Ini gue lagi baca episode terbaru webtoon ‘Forget Me Not’. Sumpah sih, seru banget! Kan udah gue prediksi dari awal, kalo si Arini bakal pacaran ujungnya sama si Kemal!” Ucap Alexa menggebu-gebu.
“Yaelah, gue kira apaan!” Sarah langsung memutar kedua bola matanya dan menghempaskan tubuhnya dengan malas ke sandaran kursi.
Alexa lantas kembali menarik layar ponselnya itu dengan cepat, setelah mendapatkan reaksi kurang menyenangkan dari Sarah barusan.
“Gak asik lo! Makanya baca! Seru banget tau!” Gerutu Alexa sambil memanyunkan bibirnya kedepan. Sejak pelajaran matematika pak Hendra barusan, Alexa sudah sibuk membaca episode terbaru dari webtoon favorit-nya tersebut. Sebab, bagi Alexa, membaca webtoon ‘Forget Me Not’ jauh lebih menarik dibandingkan harus memperhatikan mata pelajaran yang sangat dibencinya itu,
Makanya, dari sebelum pelajaran matematika dimulai, Alexa sudah meminta salah satu teman sekelasnya yaitu Hardi—yang tempat duduknya berada di bagian pojok belakang kelas untuk bertukar tempat dengannya sampai pelajaran matematika selesai.
Dan untungnya, Hardi langsung mengiyakan permintaan Alexa tanpa basa-basi ataupun negosiasi—ya, walaupun tetap harus sedikit disogok dengan uang sepuluh ribu dulu oleh Alexa. Lumayan katanya, untuk beli rokok sepulang sekolah nanti.
“Gue lagi bayangin deh, kapan ya gue bisa ngerasain ‘high-school love story’ kayak yang dirasain Arini sama Kemal? Walaupun mereka cuma karakter fiksi, tetep aja kisah mereka bikin gue iri setengah mati!” Ujar Alexa sambil merengut.
Sarah yang mendengar ucapan Alexa barusan langsung menatap cewek itu dengan sebelah alisnya yang terangkat dan ekspresi wajah yang terlihat bingung. “Ngomong apa sih lo? Jelas-jelas kehidupan percintaan lo sekarang juga berhasil bikin semua warga SMA Pambudi Nusa iri sama lo! Plis dehhh!”
Alexa lantas memutar kedua bola matanya lalu berdecak kencang. “Kehidupan percintaan, mata lo!”
“Gue tanya sekarang sama lo deh, disekolah ini yang menyandang status sebagai tunangan cowok paling ganteng, populer dan idola semua cewek SMA Pambudi Nusa alias Ravinda Pambudi Pierre siapa?” Sambar Sarah.
Alexa langsung mengangkat kedua bahunya keatas sambil memasang ekspresi tidak tertarik. “Gak tau! Btw, Jenny sama Alea kemana?” Tanya Alexa yang langsung berusaha untuk mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan keberadaan dua sahabatnya yang lain tersebut.
“Nah, kan! Ngeles deh!” Seru Sarah sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada. “Udah, gak usah pura-pura bego deh, Alexandra? Bagi semua orang disini, kehidupan percintaan lo itu udah yang paling perrrrfect! Punya tunangan ganteng, terkenal, plus anak dari pemilik Yayasan Pambudi! Masa depannya fix cerah kayak matahari jam dua belas siang! Apalagi lagi yang lo cari coba???”
“Ya, cari pacar beneran, lah! Bukan tunangan boongan!” Seru Alexa sambil melipat kedua lengannya didepan dada lalu menghempaskan tubuhnya kesandaran kursi.
Sarah hanya bisa merespons Alexa dengan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil memasang ekspresi keheranan. Memang, sahabatnya itu terdengar seperti seseorang yang tidak tahu caranya untuk bersyukur. Disaat semua orang berlomba-lomba ingin memacari tunangannya itu, Alexa justru sibuk mencari ‘pacar impian’ yang kualifikasinya berdasarkan karakter fiksi yang ia baca dari sebuah webtoon. Dasar aneh!
“Lex, mau boongan kek, mau settingan kek, intinya lo kan masih menyandang status sebagai tunangan Ravindra Pierre!” Balas Sarah sambil menggelengkan kepalanya pelan.
Sebenarnya, Sarah juga sudah paham kenapa Alexa bisa bersikap seperti itu mengenai status pertunangannya dengan Ravi. Sebab, keduanya memang sudah ‘diikat’ oleh keluarga mereka masing-masing. Bahkan, (mungkin) sejak mereka baru lahir ke dunia ini. Tidak tanggung-tanggung, sejak masih duduk dibangku Taman Kanak-Kanak, Alexa dan Ravi sudah ditempatkan disekolah yang sama, dengan tujuan agar mereka bisa akrab sejak kecil.
Walaupun mereka tidak mengenakan cincin layaknya orang yang sudah bertunangan (karena mereka berdua memang belum mengadakan acara pertunangan resmi—sebab keduanya masih duduk dibangku sekolah), tapi seluruh siswa-siswi SMA Pambudi Nusa seakan sudah mengetahui fakta umum tersebut. Fakta yang membuat banyak siswi SMA Pambudi Nusa sudah patah hati duluan sebelum mencoba untuk mengambil hati anak pemilik Yayasan sekolah itu.