Alexa mengetuk-ngetukkan sepatunya ke lantai. Sudah sekitar sepuluh menit ia menunggu Darrian didepan studio musik sekolah, tapi batang hidung cowok itu belum terlihat juga.
Seperti panjang umur, tiba-tiba saja sosok yang sudah ditunggunya sejak tadi itu muncul dan terlihat tengah berlari tergesa menuju kearah Alexa. Darrian lalu berhenti tepat didepan cewek itu sambil memegangi lututnya dengan kedua tangannya.
“Eh, sorry! Lo nunggu lama ya, pasti?” Tanya Darrian dengan nafasnya yang masih terdengar ngos-ngosan.
“Nggak, cuma sepuluh menit aja. Emang lo abis darimana?”
“Tadi gue abis ngumpulin tugas kesenian punya anak sekelas dulu ke ruang guru, abis itu ngobrol bentar sama pak Amin dan Ibu Rosa disana.”
“Susah ya jadi mantan ketos? Sohibnya udah next level banget, sama guru-guru sekolah!” Ledek Alexa sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada.
Darrian lantas terkekeh pelan sambil beranjak dari posisinya. Tangan kanannya lalu segera merogoh kedalam saku celana abu-abunya tersebut, dan mengeluarkan sebuah kunci berwarna emas yang langsung ia selipkan dijari telunjuknya.
“Yuk, masuk!” Seru Darrian sambil berjalan melewati Alexa, kearah pintu masuk ruang kesenian.
Setelah berhasil membuka kunci ruangan tersebut, Darrian lalu membuka pintu ruang kesenian itu lebar-lebar. Namun, bukannya langsung masuk ke dalam, cowok itu malah berdiri disamping pintu sambil melihat kearah Alexa.
“Ladies first.” Ujar Darrian kearah Alexa sambil tersenyum.
Alexa hanya bisa mendengus pelan lalu segera berjalan mendekat kearah Darrian, tanpa menunggu lama lagi, Alexa segera melangkahkan kedua kakinya masuk kedalam studio musik sekolah.
“Ini baru pertama kalinya loh, gue masuk ke studio musik setelah hampir tiga tahun gue sekolah disini.” Ucap Alexa sambil memperhatikan sekeliling studio musik yang didominasi oleh warna hitam dan putih itu.
“Hah? Serius?”
Alexa mengangguk. “Iya, soalnya kan studio ini emang diperuntukkan buat anak band sekolah, sedangkan gue kan bukan anak band sekolah.”
“Terus, kenapa lo gak join eskul band sekolah dari awal? Kan lo juga suka main musik?”
“Ortu gue gak bolehin.” Jawab Alexa sambil mengalihkan pandangannya kearah Darrian. Tidak lama kemudian, cewek itu tersenyum pahit. “Mereka takut gue keasikan main musik nantinya.”
“Loh? Emang ada yang salah dengan hal itu? Bukannya malah bagus, karena lo bisa nekunin bidang yang lo suka?”
Alexa lantas menggelengkan kepalanya cepat. “Mereka gak mau gue berakhir jadi seorang pemusik, mereka pengen gue ikutin jejak ayah dan kakak gue—jadi dokter.”
Darrian lantas menghela nafas berat, ia masih memandangi Alexa tanpa berkata sepatah kata apapun--lebih tepatnya ia tidak tahu harus merespon apa, cowok itu hanya takut salah bicara.
Alexa yang menyadari suasana canggung tersebut, lantas menggaruk kepalanya pelan, tidak lama kemudian cewek itu segera mengeluarkan suara tawa yang cukup kencang untuk memecah keheningan diantara mereka berdua.
“Udah gak usah ngomongin soal itu deh! Ini sekarang lo ngajak gue ke studio musik buat apa coba?”
Darrian lantas berjalan menuju kearah sofa yang berada dipojok kanan ruangan studio band sekolah, dan segera mengambil sebuah gitar akustik yang sebelumnya tergeletak diatas sofa tersebut. Dengan cepat, Darrian segera melingkarkan strap gitar yang berwarna hitam itu disekeliling tubuhnya, sehingga Gitar tersebut kini bisa menggantung bebas tanpa harus dipegang oleh kedua tangan Darrian.
“Lex, sini!” Seru Darrian sambil menggerakkan sebelah tangannya untuk memanggil Alexa.
Alexa lantas mendengus pelan sambil mengambil langkah mendekat kearah Darrian. Saat telah tiba tepat dihadapan Darrian, Alexa lantas menyilangkan kedua tangannya didepan dada, sambil menatap cowok itu dengan senyum kecil yang terlukis diwajah Alexa.
“Jadi lo mau pamer kemampuan main gitar lo nih, ke gue?”
Darrian terkekeh geli. “Ya, bisa dibilang begitu,sih! Tapi ada maksud lain juga!”
“Hmm… maksud lain apa?”
“Ini... bentar ya!” Darrian segera merogoh kantong belakang celana abu-abunya itu, dan langsung mengeluarkan sebuah kertas karton berbentuk segitiga itu. Ternyata setelah dibuka, karton tersebut merupakan sebuah topi yang biasa digunakan pada acara perayaan ulang tahun anak-anak. Dengan gerak cepat, Darrian lantas memakaikan topi tersebut keatas kepala Alexa, beserta tali karetnya yang kini merekat dengan kuat mengelilingi wajah Alexa.