Darrian tidak mengerti apa yang sedang ia lakukan didepan kelas 12 IPA 1 sekarang. Darrian mulai menggerakan sebelah kakinya perlahan, sambil menyandarkan tubuhnya ke tembok yang ada disebelah pintu masuk kelas 12 IPA 1.
Setelah mendapatkan jawaban dari Alexa soal tawarannya untuk mengajak cewek itu pergi ke studio musik sepulang sekolah. Masih ada satu hal yang begitu mengganjal di hati Darrian. Entah bagaimana, cowok itu merasa punya suatu tanggung jawab besar ketika mengajak ‘tunangan’ orang lain untuk bertemu hanya berdua saja sepulang sekolah.
Sejak bel sekolah tanda istirahat telah selesai itu dibunyikan, Darrian hanya punya satu tujuan didalam pikirannya. Bukan menuju kelasnya yang jelas-jelas berada cukup jauh dari tempatnya berdiri sekarang, melainkan menuju ke kelas tempat seseorang yang tengah ditunggunya saat ini.
Sudah hampir sepuluh menit, tapi sosok yang dicarinya itu belum juga terlihat. Darrian kemudian mengangkat tubuhnya dari posisi bersandar sambil mengecek kembali jam tangannya. Apa lebih baik dia kembali saja ke kelas? Memangnya dia harus benar-benar melakukan hal ini?
Saat hendak mengangkat kakinya untuk melangkah pergi, tiba-tiba saja kedua mata Darrian menangkap sosok itu yang kini sudah berjalan menuju kearahnya. Namun, entah kenapa, Darrian justru membiarkan sosok itu melangkah melewatinya—sedangkan, ia hanya berdiri seperti batu ditempatnya.
Darrian lalu menghela nafasnya pelan. “Ravindra!” Seru Darrian sambil berbalik.
Cowok yang dipanggilnya itu lantas berhenti dan ikut memutar badannya kearah Darrian, tidak hanya Ravi—namun dua orang yang ada disebelah cowok itu juga ikut menoleh kearah Darrian.
“Kalian duluan aja.” Ujar Ravi kearah dua temannya tersebut, yang langsung pergi meninggalkan mereka berdua dikoridor sekolah yang suasananya sudah lumayan sepi.
“Darrian, kan?” Tanya Ravi sambil berjalan mendekat kearah orang yang memanggilnya tersebut.
“Iya, gue Darrian. Yang kemaren di UKS.”
“Kenapa?” Tanya Ravi tanpa basa-basi.
Darrian lantas menggaruk kepalanya perlahan. “Hmm—itu."
“Ngomong aja, santai.”
Darrian mengangkat sebelah alisnya setelah mendengar ucapan Ravi barusan. Mungkin cowok itu kira Darrian merasa ragu untuk berbicara kepadannya--padahal kenyataannya, ia hanya bingung bagaimana cara menyampaikan hal itu kepada Ravi.
“Sore nanti gue mau ajak Alexa ke studio musik.” Tukas Darrian pada akhirnya.
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Darrian sudah bisa membayangkan ekspresi Ravi yang akan muncul setelahnya—mungkin cowok itu akan terlihat sangat terganggu, lagi pula siapa yang tidak merasa begitu jika tunangannya baru saja diajak oleh cowok asing untuk bertemu sepulang sekolah? Dan berdua saja? Jika, Darrian diposisi Ravi dia juga pasti akan merasa begitu terganggu.
Tapi, sudah tahu begitu, Darrian tetap nekat untuk melakukan hal tersebut. Tidak tahu kenapa, ia merasa kesempatan ini tidak akan datang dua kali. Lagi pula, Alexa juga sudah mengiyakan permintannya. Namun, didalam hati Darrian, cowok itu tetap merasa seperti orang yang begitu egois.
Diluar ekspetasinya, ekspresi datar Ravi—yang membuatnya begitu terkenal dengan sebutan ‘cowok cool’ disekolah ini, justru tidak berubah. Ravi justru mengalihkan pandangannya dari Darrian, dan mulai memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.
“Sampe jam berapa?” Tanya Ravi kemudian.
“Belum tau, tapi gue sebenernya ngomong soal hal ini ke lo, biar lo gak usah nungguin Alexa. Nanti, gue aja yang anter dia pulang, gue juga udah tau rumah Alexa kok.”
Setelah Darrian menyelesaikan ucapannya barusan, ekspresi Ravi justru mulai berubah. Cowok itu mengerutkan keningnya sambil melihat kearah Darrian dengan tatapan serius. “Lo tau rumah Alexa dari mana?”
Darrian lantas kembali mengusap kepala bagian belakangnya, “Oh itu—kemarin pas ban mobil Sarah bocor, gue gak sengaja ketemu mereka dijalan. Dan akhirnya Alexa pulang bareng sama gue… by the way, gue tinggal disatu komplek yang sama kayak lo.”
“Kok dia gak ngomong sih sama gue.” Ucap Ravi secara spontan dengan volume suara yang sengaja dikecilkan.
Darrian hanya bisa terdiam dan memutuskan untuk tidak merespons ucapan Ravi barusan. Berarti, cowok itu tidak tahu kalau Alexa pernah pulang bersamanya? Entah kenapa, setelah mengetahui fakta tersebut, membuat Darrian merasa semakin curiga terhadap hubungan antara dua orang yang terkenal sudah ‘bertunangan’ itu.
“Lo mau ngapain ketemu Alexa?”
Darrian bisa mendengar sedikit tekanan dipertanyaan Ravi barusan. “Mau ngajak dia ke studio musik aja—liat-liat. Gue denger, Alexa suka main musik juga.”
“Alexa udah bilang iya?”