Tiga hari telah berlalu, akhirnya acara MOS di SMA mereka telah berakhir. Sekarang mereka telah resmi menjadi siswi kelas X SMA, mereka harus belajar lebih giat lagi supaya bisa mendapatkan nilai yang bagus baik dalam bidang akademik maupun non akademik.
Hari ini merupakan hari pembagian kelas, dimana nama mereka akan tertulis di selembar kertas HVS putih yang dicantumkan di depan pintu kelas masing-masing.
“Kira-kira kita akan masuk ke kelas yang mana ya Grace?” Tanya Elizabeth sambil menuju ke bangunan khusus kelas X.
“Tidak tahu nih. Semoga saja nanti aku sekelas dengan cowok yang ganteng-ganteng.” Jawab Grace sambil membayangkan muka-muka para aktor korea.
“Dasar kamu Grace.” Jawab Elizabeth sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Kita lihat daftar nama yang ada di kelas X-1 yuk.” Ajak Grace sambil lari menarik tangan Elizabeth.
Tibalah mereka di depan kelas X-1. Di depan kelas sudah ramai dengan siswa-siswi yang berdesak-desakkan melihat apakah nama mereka tertera di sana atau tidak. Grace juga ikutan berdesak-desakkan dengan mereka. Akhirnya Grace berhasil menerobos ke barisan paling depan sehingga dapat melihat nama-nama tersebut dengan jelas.
“Eliz, kita sekelas loh, ini nama aku dan nama kamu.” Kata Grace sambil menunjuk nama mereka berdua yang tertera di daftar depan pintu kelas X-1.
“Bagus deh, jadi kalau ada apa-apa, kita selalu bersama.” Sambung Elizabeth dengan muka yang sangat bahagia.
“Ayo kita masuk ke dalam kelas, lalu kita pilih tempat duduk paling depan, kalau bisa di depan meja guru ya, biar nanti kita akan selalu diingat oleh guru-guru.” Ajak Grace sambil tertawa. Elizabeth pun hanya mengikuti kemauan adiknya itu.
Ketika mereka berdua hendak masuk ke dalam kelas, tiba-tiba ada sekelompok anak cowok lari masuk ke dalam kelas. Salah satu dari sekelompok anak cowok itu tidak sengaja menabrak pundak Elizabeth dan Grace, sehingga Grace dan Elizabeth terdorong oleh mereka dan menyebabkan kaki Elizabeth terkilir dan terjatuh ke lantai.
“Aduh,aduh,aduh....Kakiku sakit sekali...,” Elizabeth mengerang sambil mengusap kakinya.
“Kamu tidak apa-apa Eliz?” tanya Grace sambil bantu mengusap kakinya Elizabeth. “Kalian ini kalau jalan lihat-lihat dong! Lihat! Kakakku jatuh gara-gara kalian,” grace marah sambil berteriak di hadapan cowok-cowok itu.
Tiba-tiba cowok yang mengenakan seragam putih abu-abu lengkap dengan dasi dan ikat pinggang menghampiri Grace dan Elizabeth. Cowok itu kemudian jongkok dan melihat kaki Elizabeth yang terkilir.
“Sorry ya, gara-gara aku tidak sengaja menabrak kalian, kamu jadi terluka. Sebagai permintaan maafnya, aku antar kamu ke UKS ya untuk diobati,” kata cowok itu sambil mengulurkan tanganya di hadapan Elizabeth.
“Enak saja, hanya diantar ke UKS tidak cukup, kalian tuh mesti ganti biaya pengobatannya nanti,” jawab Grace sambil menunjuk ke arah mereka semua.
“Sudalah Grace, aku tidak apa-apa, nih aku masih bisa berdiri,” jawab Elizabeth sambil berdiri dibantu oleh Grace dan cowok itu. “Terima kasih ya buat kamu sudah mau membantu aku berdiri, aku tidak kenapa-napa kok,” sambung Elizabeth.
“Eliz, rok bagian bawah kamu robek nih,” kata Grace sambil memperlihatkan bagian yang robek.
“Masak sih?” jawab Elizabeth sambil melihat ke bagian yang robek. “Iya nih, aduh gimana dong?”
“Kalian semua benar-benar harus ganti rugi. Sini keluarin uang lima ratus ribu rupiah!” Ucap Grace dengan emosi.
“Kamu tidak salah ha? Lima ratus ribu? Gila ya kamu,” kata cowok lain yang bajunya sedikit berantakan.
“Kamu tuh yang gila, sudah berbuat salah malah nyolot,” jawab Grace dengan penuh emosi.
“Sudah Grace, nanti pulang aku jahit aja,” jawab Elizabeth sambil menenangkan adiknya itu. “Aku tidak apa-apa, sudah ya kami mau ke tempat duduk kami,” kata Elizabeth sambil menarik tangan Grace dan menuju ke tempat yang mereka inginkan.
“Eliz, kamu tuh terlalu lemah, terlalu baik pada semua orang, suatu saat......” perkataannya pun dipotong oleh Elizabeth.
“Sudah-sudah, kamu tidak malu teriak-teriak gitu di depan kelas? Banyak yang lihatin loh,” kata Elizabeth sambil menunjuk ke arah semua orang yang sedang melihat ke arah mereka.
“Iya-iya,” Grace memilih diam saja.
“Tring,tring,tring......” bel masuk berbunyi, seketika itu juga keadaan kelas yang awalnya ribut dalam hitungan beberapa detik langsung menjadi tenang. Tiba-tiba seorang wanita kira-kira berumur 40 tahun yang mengenakan kemeja batik berwarna biru tua dan rok kain berwarna hitam dengan panjang selutut masuk kedalam kelas mereka. Ternyata wanita itu adalah Wali kelas mereka, namanya adalah Ibu Bernadeth. Dilihat dari penampilan luarnya, Ibu Bernadeth sepertinya seorang guru killer, rambutnya diikat ke atas semua dan memakai kaca mata. Ketika Ibu Bernadeth menyapa mereka, suaranya sangat lembut dan penuh kasih sayang, tidak seperti dengan penampilannya yang terlihat sedikit galak.
“Selamat pagi, Bu!” mereka semua memberikan salam kepada Wali kelas mereka.
“Selamat pagi anak-anak! Silahkan duduk!” Wali kelas mereka mempersilahkan semuanya duduk.