1311 M,
PRANG!!! suara pecahan keramik terdengar dari salah satu bilik bangunan komplek istana Majapahit, kediaman Ibu Suri Gayatri. Amarah jelas terlukis di raut wajah ibu suri yang berdiri di depan seorang gadis belia nan cantik berusia 8 tahun, Dyah Gitarja, atau Nona Gita, akrab di panggilnya.
Di hadapan ibunya, Gita duduk menunduk di lantai beralaskan tikar anyaman pandan. Air mata jelas mengalir di pipinya menunjukkan penyesalan mendalam atas kesalahan yang telah ia lakukan. Para pelayan hanya terdiam berdiri di luar ruangan mendengar amarah sang Ibu Suri dengan seorang pelayan menggendong Dyah Wiyat, adik Gita yang masih berusia 3 tahun.
"betapa malunya ibu gara-gara kelakuanmu!" Seru ibu suri melipat tangannya menahan perasaan geram.
"bagaimana bisa seorang putri Majapahit yang di besarkan dan tumbuh dengan didikan istana menumpakan minuman di depan para bangsawan!? bagaimana ibu harus menyembunyikan rasa malu itu!?"
Gita hanya bisa menunduk dengan air mata yang bertambah deras. Kedua tangan di pangkuannya meremas kebaya sutranya berusaha menahan tangis yang mengalir tanpa seizinnya.