Setelah gue, dan Alvin pulang dari tempat makan nasi goreng seafood. Sekarang gue, dan Alvin pun berjalan menuju tempat makan yang menjual kerak telor favorit gue dari dulu yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat makan nasi goreng seafood tadi. Malam ini udara sekitar gue, dan Alvin terasa sangat dingin.
"Raina, gue boleh cerita nggak sama elu?" Tanya Alvin dengan ragu.
"Boleh Alvin." Jawab gue sambil tersenyum.
"Banyak orang yang bilang ke gue kalau gue itu orangnya manja, nggak pernah bisa hidup untuk mandiri, dan selalu buang - buang uang, padahal gue itu bukannya buang - buang uang gue selama ini mencoba untuk membangun sebuah usaha sendiri." Ucap Alvin dengan serius.
"Usaha? Usaha apa?" Tanya gue dengan penuh penasaran.
"Usaha kecil sih baru buka sekitar beberapa minggu yang lalu, kayak semacam toko online yang menjual beberapa barang, contohnya baju, dan celana sih." Jawab Alvin.
"Gue benar - benar bangga sama elu Vin." Ucap gue.
"Kenapa?" Tanya Alvin.
"Gini Vin, gue bangga banget sama elu karena nggak semua orang bisa buka usaha kayak elu itu, buka usaha itu adalah salah satu hal yang berat, apalagi elu itu umur 18 tahun udah bisa buka usaha sendiri, dan itu hebat banget." Jawab gue.
"Iya sih itu benar, tapi sekarang udah tutup karena gue nggak percaya diri soalnya beberapa orang juga bilang usaha gue itu jelek, ngapain buka usaha kayak gitu, pasti nggak ada yang beli padahal kan usaha gue baru buka, dan gue selalu direndahkan sama orang - orang makanya gue nggak percaya diri." Ucap Alvin dengan sedikit kesal.
"Vin, kita nggak perlu dengerin omongan - omongan orang yang berusaha menjatuhkan kita, karena kalau kita dengerin kita nggak akan pernah maju." Ucap gue dengan serius.
"Ini gue maju." Ucap Alvin sambil maju ke depan berjalan dengan bermaksud bercanda.
"Apaan sih garing tau, bukan maju kayak gitu, maksud gue itu maju untuk meraih masa depan, dan mimpi kita." Ucap gue.
"Ooo gitu." Ucap Alvin sambil mengangguk.
" Tapi jujur usaha elu itu udah bagus kok Vin, tinggal elu pertahankan aja." Ucap gue.
"Makasih ya Raina, elu udah mau dengerin cerita gue, dan gue senang bisa punya teman kayak elu." Ucap Alvin.
"Iya Alvin, sama - sama, mulai sekarang elu nggak usah ragu lagi memulai sesuatu yang baru, dan selagi hal tersebut masih baik ya nggak apa - apa." Ucap gue.
"Siap." Ucap Alvin dengan tersenyum lebar.
"Gitu dong senyum, bahagia, dan semangat, kalau kayak gitu kan ganteng." Ucap gue.
Alvin pun tersenyum malu. Gue juga merasa bahagia karena Alvin bisa mempelajari hidup dari gue, dan bisa membuat Alvin bahagia. Tiba - tiba ada seekor kucing lucu berwarna putih yang lewat di depan gue, dan Alvin. Seketika gue pun langsung menghampiri kucing lucu tersebut, dan gue pun mengelus kucing lucu itu dengan sangat halus. Kemudian Alvin menghampiri gue yang sedang mengelus kucing itu.
"Elu suka kucing ya Na?" Tanya Alvin.
"Iya gue suka banget sama kucing soalnya lucu, dulu gue juga punya kucing tapi udah mati." Jawab gue sambil mengelus kucing lucu itu.
"Di rumah gue juga ada 3 kucing, namanya Alexa, Candy, dan Caramel mereka bertiga juga lucu banget." Ucap Alvin dengan tersenyum.
"Namanya bagus banget, gue pengen banget liat kucing elu, Vin kapan - kapan gue boleh nggak ke rumah elu?" Tanya gue dengan polos.
"Boleh kok." Jawab Alvin.
"Elu ke rumah gue mau liat kucing atau liat gue?" Tanya Alvin dengan bercanda.