LOVE IN ONE NIGHT

Gerin Pratama
Chapter #4

4 . TAMAN HAPPY

Sekarang gue, dan Alvin menuju Taman Happy menggunakan mobil online, karena Taman Happy letaknya lumayan jauh dari tempat makan kerak telor tadi. Gue, dan Alvin pun duduk di kursi bagian belakang. Tiba - tiba Bapak supir mobil online tersebut melihat ke arah gue dari kaca spion yang ada di depan, dan gue pun risih karena hal itu.

"Kenapa pak liat saya?" Tanya gue dengan penasaran.

"Maaf ini sebelumnya, saya mau nanya kenapa kalian nggak saling ngomong? Kalian itu kan pacaran tapi dari tadi saya liat kalian itu kok nggak saling ngomong gitu, seharusnya kan biasanya kayak orang - orang kebanyakan itu kalau pacaran saling ngomong gitu apa kalian berdua lagi bertengkar ya?." Tanya Bapak supir mobil online tersebut.

"Nggak pak, kita nggak pacaran kita berdua itu cuma sahabat." Jawab gue..

"Ooo sahabat, saya kira pacaran awas lo nanti dari sahabat terus jadi cinta, kalau menurut saya nih ya kalian itu lebih cocok pacaran daripada jadi sahabat soalnya chemistry kalian berdua itu dapet gitu kayak di film - film." Ucap Bapak supir mobil online dengan tertawa.

"Pak bisa fokus nyetir aja nggak?" Tanya gue.

"Iya maaf kak." Jawab Bapak supir mobil online.

"Pak semoga suatu hari nanti saya bisa menjadi pacar dia pak." Ucap Alvin sambil menunjuk ke arah gue.

"Apaan sih." Ucap gue dengan kesal.

"Iya siapa tau aja kan gue bisa jadi pacar elu suatu hari nanti gitu." Ucap Alvin sambil menghadap ke arah gue.

"Kalau emang jodoh nggak akan kemana nanti juga pasti ketemu di pelaminan tapi jangan jadi tamu ya." Ucap Bapak supir mobil online sambil bercanda.

"Itulah pak ada yang namanya jodoh itu misterius dia datang gitu aja, dan lewat gitu aja." Ucap Alvin dengan serius.

"Iya mungkin jodoh tidak datang tepat waktu, tetapi jodoh datang di waktu yang tepat." Ucap Bapak supir online.

"Ini kenapa sih? Kok semuanya jadi baper?" Tanya gue dengan bingung.

"Kita nggak baper Na, tapi kita itu cuma bawa perasaan aja." Jawab Alvin dengan tersenyum.

"Sama aja Alvin." Ucap gue dengan kesal.

"Jangan - jangan kalian berdua saling suka ya? Maksud saya kalian itu sebenarnya saling suka tapi kalian nggak berani untuk ngomong." Tanya Bapak supir mobil online dengan serius.

"Nggak pak, nggak ada." Jawab gue.

"Mungkin pak Raina suka sama saya tapi Raina nggak berani untuk ngomong." Jawab Alvin.

"Apaan sih Alvin elu kok tiba - tiba berani ngomong kayak gini sih?" Tanya gue dengan bingung.

"Iya semenjak ada elu gue coba untuk berani ngomong, kali ini gue yakin kalau gue bisa untuk ngomong, dan nggak malu lagi." Jawab Alvin dengan percaya diri.

"Ooo jadi karena gue." Ucap gue dengan tersenyum.

"Apa saya bilang kalian berdua ini cocok kalau pacaran." Ucap Bapak supir mobil online.

Kemudian Alvin tersenyum sangat lebar ke arah gue, dan seketika gue menjadi salah tingkah. Gue pun bertanya kepada Alvin kenapa dia tersenyum lebar ke arah gue, kemudian Alvin menjawab bahwa dia sangat senang bisa bertemu gue karena dia berkata gue itu orangnya seru, heboh, ramah, dan tentunya cantik. Mendegar Alvin berkata seperti itu gue menjadi terharu karena gue berhasil membuat dia bahagia. Bintang di malam ini sangat banyak bertaburan di langit, dan gue sangat suka sekali melihat bintang bertaburan di langit.

Sesampainya gue, dan Alvin di Taman Happy Alvin pun membayar ongkos mobil online itu, setelah itu gue, dan Alvin pun mengucapkan terimakasih kepada Bapak supir mobil online itu, dan keluar dari mobil tersebut. Suasana di Taman Happy cukup ramai, gue melihat ada beberapa yang sedang berpacaran, mengajak keluarga, berkumpul bersama sahabat, dan ada juga yang datang hanya sendiri. Gue pun mengajak Alvin duduk di sebuah bangku yang berwarna biru, semua bangku di taman ini sangat warna - warni, kemudian gue, dan Alvin pun duduk di bangku biru itu. Alvin bertanya kenapa gue memlih bangku yang berwana biru, lalu gue menjawab karena gue sangat suka dengan warna biru.

"Elu liat deh orang yang lagi pacaran di samping bangku kita." Ucap gue dengan menyuruh Avin untuk melihat.

Alvin pun melihat ke arah yang sedang pacaran tersebut.

"Jangan terlalu keliatan tapi liatnya." Ucap gue dengan serius.

"Kenapa emang?" Tanya Alvin.

"Coba elu perhatiin cewek itu cantik banget tapi yang cowok ya bisa di bilang nggak ganteng, dan dari itu gue bisa belajar bahwa cinta itu nggak melihat fisik tapi di lihat dari hati." Jawab gue sambil berbisik.

"Bener juga sih, tapi kalau elu liat cowok itu dari fisik atau dari hati?" Tanya Alvin.

"Hmm kalau gue sih, dari kecil gue udah di ajarkan sama Ayah, dan Ibu gue kalau kita melihat seseorang itu nggak boleh lihat dari fisik tapi harus lihat dari hati mereka yang benar - benar mencintai kita, tapi yang gue lihat ada juga beberapa orang yang lihat dari fisik juga sih bukan dari hati, dan gue nggak ngerti kenapa mereka bisa kayak gitu, jadi kalau gue lihat orang itu ya benar - benar dari hati mereka." Jawab gue dengan serius.

"Tapi elu tau nggak, gue juga pernah memberanikan diri untuk nembak cewek." Ucap Alvin.

"Yang benar?" Tanya gue dengan heran.

"Iya, jadi dulu waktu SMA kelas 1 gue pernah suka sama cewek dari kelas lain, dan suatu hari gue memberanikan diri untuk menyatakan cinta gue, tapi dia nggak mau sama gue karena gue itu orangnya jelek, gendut, terus orangnya nggak jelas, dan semenjak itu gue gampang menyerah, dan nggak mau bergaul lagi karena gue trauma dengan hal itu, ya emang sih gue dulu orangnya gendut, dan jelek intinya gue yang dulu sama yang sekarang itu beda banget." Jawab Alvin dengan tatapan kosong.

"Vin, elu nggak boleh gampang menyerah karena kalau elu menyerah elu nggak akan bisa untuk bangkit, dan kalau elu menyerah elu akan terjebak di situ - situ aja, dan nggak akan pernah berani untuk keluar, jadi sekarang elu harus berani." Ucap gue dengan tersenyum.

"Makasih ya Raina." Ucap Alvin.

"Iya, coba deh elu tarik nafas, terus buang." Ucap gue sambil menyuruh Alvin.

Alvin pun menuruti gue, dan melakukan tarik nafas kemudian membuangnya, tetapi Alvin secara tiba - tiba kentut yang sangat bau, gue, dan Alvin pun tertawa sangat keras karena tertawa kami sangat keras orang - orang yang ada di sekitar kami melihat kami karena mereka bingung kenapa kami tertawa sangat keras, gue, dan Alvin pun sangat malu karena di lihat oleh orang - orang di sekitar. Tiba - tiba Ibu penjual kacang menghampiri kami, dan menawarkan kacang yang di jual. Gue pun meminta di belikan kacang itu kepada Alvin, dan Alvin pun membelikan 1 bungkus kacang itu untuk gue, kemudian Ibu penjual kacang itu pun pergi. Gue pun langsung memakan kacang itu.

"Elu mau?" Tanya gue sambil menawarkan kepada Alvin.

"Mau dong." Jawab Alvin.

Lihat selengkapnya