Tepat pada jam 12.01, waktu pulang pun telah tiba. Sesuai permintaan Alex ketika bertemu di lobby tadi, Zahra diminta untuk menemuinya di ruangan OSIS. Ia pun berjalan sambil menyeret ransel merahnya di lantai.
Melewati koridor yang mulai sepi, daun-daun kering berguguran, dan langit sudah mulai mendung menandakan hujan akan turun.
Tak lama kemudian, Zahra pun sampai didepan ruang OSIS yang ramai orangnya.
"Eh? Lo ceweknya Alex, kan?" tanya Azka di ambang pintu.
Zahra membalas tatapan pria itu lalu mengangguk, "Alex mana?" tanya nya.
"Alex? Baru aja dia keluar tadi nganterin temennya pulang," sahut Azka yang masih menatap Zahra.
Gadis itu terdiam lalu mengalihkan pandangannya dari Azka.
Nganterin siapa? Kan dia udah janji sama gue, batinnya.
Tiba-tiba datang Alver sambil menggendong ransel disalah satu lengannya, ia menatap Zahra dengan tatapan yang sedikit terkejut.
"Lo? Lo cewek yang tadi malem, kan?" tanya Alver sambil memasang sepatunya.
Zahra juga sedikit terkejut, "lo satu sekolah sama gue? What?"
"Kalian saling kenal?" tanya Azka yang berdiri di tengah-tengah keduanya.
"Nggak!"
"Iya!"
Jawaban yang berbeda keluar dari mulut Zahra dan Alver secara bersamaan. Mereka saling menoleh, sorotan kesal terlihat dari tatapan Zahra.
"Alex nya udah pulang duluan, kan? Yaudah, makasih ya," ucap Zahra yang langsung saja melenggang pergi meninggalkan tempat itu.
Pandangan Alver masih memperhatikan punggung Zahra yang perlahan mulai menghilang dari penglihatan nya.
"Dia siapanya Alex?"
"Ceweknya," sahut Azka singkat.
Lagi-lagi Alver terkejut bukan main, ternyata itu adalah pacar temannya sendiri, sosok gadis yang sudah dua kali ikut berboncengan di atas motornya. Seandainya Alex tahu, sudah pasti mereka akan bermasalah.
***
"Sama siapa coba pulangnya, tadi udah janji mau nganterin gue, ini malah nganterin temennya, kalo sampe ketemu.. Liat aja, bakal gue kutuk jadi batu! Terus, ternyata cowok yang tadi malem itu satu seolah sama gue? Oh my god! Gue masih gak percaya," gerutu Zahra di sepanjang jalan dengan wajah kesalnya.
"Malah ngomel sendirian gak jelas kayak gitu,"
Kehadiran Alver sontak membuat Zahra amat terkejut, ia segera mengelus dadanya pelan lalu memukul lengan pria itu dengan kuat.
Bugh!
"Argh! Kasar banget lo jadi cewek!" pekik Alver.
"Ya lagian, gue kaget banget tau gak!" ketus Zahra.
Keduanya pun berjalan secara beriringan keluar area sekolah itu dengan keheningan, lalu Zahra duduk didepan halte dan berharap sang Kakak datang untuk menjemputnya.
A few moments later.
Sudah lama ia menunggu dengan kebosanan yang melandanya, namun sang Kakak memang tak kunjung datang.
"Mau ikut gue nggak?"