"Oh gitu, hm... Sorry aja, Ra. Gue gak bisa ngasih tau lo," ujar Alver menatap Zahra kaku.
Mendengar hal itu, Zahra sontak mengerutkan keningnya lalu bertanya, "kenapa?"
"Ya.. Gue udah janji sama dia buat gak ngasih tau siapa-siapa."
Merasa kecewa dengan jawaban seorang Alver, tentu saja. "Oh gitu yah," ucap Zahra singkat sambil menatap ke arah lain.
Melihat ekspresi dan tingkah laku Zahra yang mulai berbeda, pria berkulit putih didepannya itu sangat merasa bersalah, ia terdiam sebentar.
"Gue minta maaf ya."
"Hm, gue gak maksa lo kok," balas Zahra.
Tak lama kemudian datang kembali seorang waitress sambil membawa beberapa makanan yang dipesan oleh Zahra tadi, tapi mau bagaimana? Mood nya sekarang memburuk, dan nafsu makan nya seketika menghilang.
Bukannya menyantap, Zahra malah diam memperhatikan makanan yang sudah dihidangkan di atas mejanya.
"Jangan diliatin doang! Makan dong," titah Alver yang berusaha mencairkan suasana.
Tetapi gadis itu hanya mendiamkan nya saja, alhasil membuat Alver sangat merasa canggung.
"Yaudah.. Gue bisa ngasih tau lo, tapi lo harus janji sama gue buat jangan pernah ngasih tau Alex."
Mendengar ucapan Alex, dengan sigap Zahra tersenyum dan mengangguk seperti anak kecil.
"Sebelum itu, makan dulu!"
Zahra pun menuruti apa yang dikatakan Alver, ia memakan hidangan yang disediakan dimeja itu.
Sementara pria yang ada didepannya hanya diam menikmati makanannya dengan perasaan tak enak, sesekali ia mendengus napasnya pelan.
Setelah selesai menghabisi hidangan itu, Zahra mengelap bibirnya dengan tissue yang ada.
"Jadi? Mereka itu siapa?" tanya gadis itu pada Alver yang sedang menyeruput minumannya.
Alver menghembuskan napasnya pelan lalu kembali menatap Zahra, "lo yakin mau tau beneran?"
"Iya!"
"Hm... Gimana sih bilangnya," ujar Alver gugup.