Kalau mengikuti riwayat hidup Rasulullah Saw., kita akan sampai pada simpulan bahwa dakwah beliau tidaklah identik (sama) dengan “pidato di atas mimbar sambil menyampaikan pesan agama”. Pidato sambil menyampaikan pesan Islam hanyalah salah satu bagian dakwah beliau. Karena itu, seseorang yang bermaksud menjadi “pendakwah” tidak selalu harus pandai berpidato. Yang penting apakah dia membawa misi Islam atau tidak dalam sikap hidup dan pergaulannya sehari-hari. Dan memang, dakwah cenderung harus berbentuk sikap hidup dalam pergaulan, sambil memengaruhi orang lain agar tertarik untuk mencintai Islam. Dakwah seperti ini berupa langkah teladan bagi orang lain, sehingga setiap orang yang berhubungan dengan sang dai dapat memanfaatkan tenaga maupun pikirannya untuk kepentingan dan tegaknya agama Allah, Al-Islam.
Nah, untuk tujuan yang mulia itu—menegakkan kalimatullâh di muka bumi—seorang dai memerlukan pengetahuan yang praktis tentang teknik dan taktik jitu dalam menghadapi manusia. Kita sama-sama tahu bahwa teknik dan taktik yang paling jitu adalah teknik dan taktik yang pernah dilakukan oleh the Great Preacher, Nabi Muhammad Saw. Karena itu, buku ini banyak mempersoalkan bagaimana Rasulullah Saw. melakukan pendekatan kejiwaan kepada setiap orang.
Memang cukup banyak orang yang berdakwah, menyeru manusia ke dalam Islam. Akan tetapi, tidak sedikit pula orang yang seolah-olah kurang tertarik untuk menerima ajakan dan seruan dakwah.