Love Scam

Suzash Gribisy Rabbani
Chapter #6

Kenal Koinova Lebih Dekat

Kenal Koinova Lebih Dekat


Mateo dan Olivia sedang duduk di sebuah kafe trendi dengan suasana minimalis, dindingnya dipenuhi karya seni abstrak, dan musik jazz ringan mengalun di latar belakang. Mereka duduk bersebalahan di sebuah sofa dengan pemandangan langsung ke luar jendela. Ada meja kecil untuk meletakkan pesanan mereka. Lengan Olivia mengait di salah satu lengan Mateo seperti sebuah rantai dengan kunci. 

Akhir pekan ini Olivia memutuskan untuk berkencan dengan Mateo dan menikmati hari liburnya dengan suasana santai. Olivia sudah membayangkan percakapan yang lebih dalam dengan Mateo hari ini. Ia ingin mengenal lebih dalam orang yang sudah ia kencani beberapa bulan ini. Namun, entah mengapa, Mateo rasanya ada bagian dari diri Mateo yang tak bisa ia gapai dan misterius—walau ia terus menjaga agar Mateo tetap di dekatnya seperti ini.

Dan kencan ini tak seperti harapan Olivia. Sambil menunggu pesanan makanan mereka datang, hanya bisa Olivia menatap keluar jendela, mengamati orang-orang yang berlalu lalang. Ia melepaskan lengannya dari Mateo tampak serius dengan ponselnya. Ia tampak sedang menelepon seseorang. Suara Mateo tenang, namun Olivia bisa mendengar jelas semua pembicaraan Mateo dengan seseorang di seberang teleponnya. 

"Iya, bro. Aku kemarin sudah sempat lock posisi di ETH waktu masih di bawah seribu. Sekarang tinggal nunggu market rally lagi. Ya? Iya, gampang buat profit, tahu sendiri kan?" Mateo melirik Olivia sesaat. Perempuan itu mengeluarkan ekspresi sebal. Mateo memberi isyarat agar Olivia mau bersabar sedikit karena ia harus berbicara di telepon dengan orang lain. 

Namun yang terjadi sebenarnya adalah Mateo memastikan Olivia mendengarkan semua percakapannya. Ia sengaja tak memakai earphone dengan alasan ketinggalan. Ia duduk tepat di sebelah Olivia—tidak berhadapan—agar Olivia mendengar suara dari lawan bicaranya juga, walau samar-samar.

"Hebat, man! Kamu juga liat kan Bitcoin sekarang mulai bullish lagi? Gue pikir tahun ini bisa tembus seratus ribu dollar." ujar Roy dari seberang telepon. 

Mateo tertawa kecil mendengar prediksi Roy yang asal-asalan. Namun pemandangan itu terlihat sangat pas untuk ditampilkan di depan Olivia. Mateo ingin hari itu Olivia mendapat sudut pandang tentang dirinya yang lain—yang tampak pro membicarakan hal yang sama sekali tidak dipahami oleh gadis itu. 

"Bitcoin ya? Ah, jujur aku sudah lama banget nggak sentuh BTC, bro. Sekarang lagi fokus ke altcoins yang punya potensi besar. Market cap mereka masih underpriced, kalau dilihat dari teknologi di baliknya." ujar Mateo tak kalah asal. Ia berbicara hanya bermodal berita ekonomi dan artikel terbaru tadi pagi. Untung saja ia sempat membacanya sebelum bertemu dengan Olivia. 

Mateo mengangguk pelan pada waiter yang mengantarkan pesanan mereka, seraya masih pura-pura mendengarkan lawan bicaranya. Mateo menambahkan gaya percaya diri dalam gesturnya sambil sesekali mencuri pandang ke arah Olivia. Gadis itu langsung menyambar jus alpukat tanpa gula dan mencicipi dressing salad yang sudah disajikan di depannya.

"Eh, ngomong-ngomong, kamu masih ingat nggak obrolan kita soal Solana? Gila bro, aku kira itu bakal jadi jagoan, lho. Tapi setelah crash server bulan lalu, aku jadi skeptis. Aku beruntung banget. Koin itu udah aku lepas sebelum harga anjlok,” ujar Mateo sambil tertawa. "Ya, ya, Solana itu tricky. Tapi sebenarnya masih ada harapan kalau mereka bisa benerin masalah teknis," ujar Roy di seberang telepon. Mateo meringis. 

"Mungkin. Aku justru lebih tertarik sama L2 Solutions sekarang. Optimism sama arbitrum bisa kasih ROI yang bagus, kalau kamu tahu timing yang tepat." ujar Mateo mantap. Kali ini, Olivia meliriknya tak paham dengan semua yang ia bicarakan di telepon. Istilah-istilah keren itu mungkin akan menambah value Mateo di mata Olivia. Mateo memasukkan tangan ke dalam saku jaketnya dengan santai, memberikan kesan kalau semua ini adalah hal biasa baginya. 

Untungnya, ia ingat betul artikel yang ia baca tadi pagi. Ia bisa berimprovisasi sedikit. Ia hanya berharap Roy di seberang telepon tidak tertawa. 

"Kita harus siap-siap kalau bulan depan ada 'kripto musim dingin' lagi. Siapa yang lebih sabar, dia yang bakal menang, bro."

"Hahaha, iya, kalau nggak kuat mental sih pasti panik." Mateo memandang Olivia sejenak, tersenyum ke arahnya, lalu menyelesaikan percakapan.

"Oke, kita follow up lagi besok Senin, ya. Aku mau lanjut kencan dulu. Weekend nih. Thanks, bro." Mateo menutup telepon, melihat ke arah Olivia tampak garang, seolah sudah siap-siap menyerangnya. Olivia sama sekali tak memandangnya Mateo tersenyum salah tingkah. Menimbang-nimbang cara apa yang akan ia coba untuk menghibur Olivia yang merajuk. 

Mateo tentu sudah memprediksi kalau ini akan terjadi. Namun tetap saja, merayu wanita yang sedang merajuk tak pernah jadi keahliannya. Olivia sama sekali belum mau menatapnya. Ia hanya menggeser mangkuk salad ke arah Mateo, menawarkan salad pesanannya untuk ia coba. Mateo menerimanya.

“Wah enak banget ini,” ujar Mateo setelah mencoba satu sendok sayuran dengan potongan dada ayam dibaluri dengan dressing salad. Olivia mencibir. 

“Kamu pasti ngomong gitu biar aku nggak marah, kan?” semburnya. Mateo langsung meraih tangan Olivia dan menenangkannya. Ia menimbang-nimbang apakah harus minta maaf atau langsung saja menjelaskan alasannya menerima telepon di tengah-tengah kencan. 

“Maaf ya. Tadi terpaksa angkat telepon. Harus bahas kerjaan. Tapi temen malah asik bahas yang lain,” ujar Mateo sambil mengelus permukaan tangan Olivia yang hanya diam saja.

"Kamu kelihatan sibuk banget ya dengan semua itu. Keliatan penting banget sampai harus nerima telepon waktu kita kencan. Bahas apa sih?”

“Maaf, sayang. Aku belakangan ini lagi seriusin soal kripto, jadi banyak ngobrol sama temen yang memang sama-sama investasi di sana. Biar nambah referensi,” ujar Mateo. Bibir Olivia naik begitu mendengar kata pamungkas itu dari bibir Mateo. Seperti ada aliran listrik yang menjalar di dalam dirinya. Ia selalu seperti ini setiap Mateo memanggilnya dengan sebutan sayang. 

“Aku nggak ngerti banyak tentang kripto, tapi waktu kamu ngomong tadi kedengarannya keren,” ujar Olivia. Di sisi lain, Mateo tersenyum penuh percaya diri, seolah-olah dia baru saja memenangkan sebuah nomor lotre.

"Ah, nggak juga. Ini cuma bagian dari rutinitas aja, sayang. Kalau kamu mau, kapan-kapan aku bisa jelasin sedikit. Aku bukan ahli kripto atau gimana, tapi aku mungkin bisa berbagi berdasarkan pengalaman aku. Kripto bisa jadi investasi yang bagus kalau kamu tertarik.” ujar Mateo. 

Lihat selengkapnya