Love Scam

Suzash Gribisy Rabbani
Chapter #10

Tak Terbaca

Tak Terbaca 


Mereka mendapat jackpot lagi. Mata Roy terbuka lebar. Ia menatap layar monitornya tak percaya. Tangannya dengan secepat kilat meraih ponselnya dan menghubungi Mateo. 

“Halo?” terdengar suara serak di seberang sana. Mateo menjawab panggilannya. 

“Anjing! Kamu ini kamu beneran closing satu miliar?” sahut Roy. Ia bolak-balik memuat ulang halaman situs buatannya itu. Memperhatikan dasbor wallet-nya berkali-kali. Ia tak salah menghitung berapa jumlah angka nol yang tertera di sana. Pasalnya, baru beberapa hari lalu setelah bertengkar dengan Mateo, Olivia menaruh uangnya di Koinova sejumlah seratus juta. Roy geleng-geleng. Mateo benar-benar hebat. Ia hebat memanipulasi hati perempuan.

“Bentar, aku lagi di tempat Olivia,” ujar Mateo yang terdengar seperti bisik-bisik.

“Oke,” jawab Roy singkat. Ia menutup teleponnya. Roy yakin, di sana Mateo juga bekerja keras. Ia tak akan mengintervensi bagian Mateo. Ia hanya harus menjalankan perannya sekarang. 

Roy tak berlama-lama. Mengingat keadaan genting yang mereka alami dua hari yang lalu, Roy tahu ia harus bertindak secepat mungkin. Ia mengabaikan secangkir kopi yang tadi sempat ia seduh. Melakukan stretching kecil pada lehernya, lalu fokus ke layar monitornya. Roy menggerakkan kursornya ke menu utama, lalu menarik dana itu dari akun yang masih aktif. 

"Oke, kita tarik dulu. Semakin cepat masuk ke wallet utama, semakin aman," gumamnya pelan, namun penuh kepastian.

Dengan jari-jarinya yang lincah, ia mengakses wallet pribadi milik tim, mentransfer saldo dari akun Lestari ke wallet tersebut tanpa menyisakan jejak. Ini adalah langkah pertamanya: perpindahan dana. Begitu dana berhasil masuk, ia langsung membekukan akun Lestari. Sistem yang telah ia buat memungkinkan pembekuan otomatis, tapi kali ini ia melakukannya manual untuk memastikan tidak ada kesalahan.

Setelah akun dibekukan, Roy melanjutkan ke langkah berikutnya: menyembunyikan jejak. Ia mengaktifkan fitur enkripsi tambahan pada setiap transaksi, memastikan dana yang mereka tarik tak mudah dilacak. Kemudian, ia menambahkan lapisan-lapisan transfer kecil antar wallet yang ia kontrol untuk mengacaukan jejak digital.

"Oke. Akun sudah dibekukan. Dana sudah aman. Sekarang tinggal obfuscation," ujar Roy pada dirinya sendiri, sambil tersenyum tipis. 

Roy lalu memantau jalur transaksi di dasbor sistem, memastikan setiap detik perpindahan dana ini menyisakan jejak palsu. Ia tahu, ini adalah lapisan terakhir dalam taktik mereka—membuat seolah dana itu tak pernah ada di tangan mereka. Setelah itu, Roy dengan cepat merilis laporan fiktif di sistem, yang akan muncul pada user seperti Olivia sebagai alasan standar: Investigasi sistem.

Roy menghela napas, menatap layar yang kini tenang. Setiap transaksi sudah tersembunyi dengan aman, dan uang Olivia kini menjadi bagian dari dana tim. Arman akan segera mendapat notifikasinya. Roy yang cukup lihai dalam hal ini tak pernah meninggalkan jejak. Ia anya meninggalkan korban yang terjebak dalam ilusi uang yang membeku, tak pernah kembali.


***


Cakra tersenyum kecut. Mateo benar-benar closing besar kali ini. Ia benar-benar bisa membuat targetnya menaruh uang lebih banyak di situs mereka. Entah apa yang dilakukannya sampai bisa membuat Olivia mau mendepositkan uangnya di situs ini. Apakah Mateo memang pintar mencuci otak atau memang wanita-wanita itu yang gampang diperdaya oleh orang yang terlihat manis dari luar seperti Mateo. 

Arman menebarkan aura bahagia di sana. Ia mentraktir semua orang di kantor hari itu. Bahkan Arman membelikan dua kotak pizza, berkaleng-kaleng minuman, dan masih memesan beberapa jenis makanan yang ada di aplikasi pesan antar.

“Ayo, kamu botak, makan ini. Kasih ke teman-temanmu sana,” ujar Arman, menunjuk salah satu anak dari tim Cakra untuk membagikan makanan ke ruangan. Orang yang dijuluki botak itu tersenyum lebar dan menerima makanan dengan gembira. Setiap closing besar, Arman memang selalu mentraktir mereka dan memberikan bonus. Semua orang di kantor berwajah cerah hari itu kecuali Cakra dan Saras; yang terlihat sama sekali tak menikmati potongan pizza mereka.


***


Saras gelisah ketika tahu Olivia mendepositkan uang di Koinova dalam jumlah yang fantastis. Ia tak menyangka targetnya akan punya fresh money sebanyak itu. Saras juga bertanya-tanya apa yang dilakukan Mateo hingga Olivia menaruh kepercayaan yang begitu besar padanya? 

Sejujurnya Saras sangat pesimis Olivia percaya lagi pada Mateo dan situs palsu buatan tim mereka itu. Terutama setelah semua yang dikatakan Leoni padanya. Apa yang membuat Olivia berpikir ia bisa mempercayai Mateo lebih daripada ia mempercayai Leoni yang merupakan teman dekatnya dari kecil?

Tentu aneh bagi Saras melihat ada orang yang tak mendengarkan sedikit pun kata-kata yang diucapkan Leoni padanya. Saras bahkan kini ingin menukar apa pun asal ia bisa bertukar tempat dengan Olivia. Orang itu tak sadar kalau Leoni betul-betul peduli padanya. Jika ia ada di posisi Olivia, ia akan membuang Mateo jauh-jauh dan berterima kasih pada Leoni karena menyelematkannya dari lubang hitam.

Tapi tetap saja. Ia bukan Olivia. Ia Saras. Orang yang bahkan terlibat dalam penipuan cinta ini. Ia ikut merancang dan ikut mencari target agar wanita-wanita kaya bisa memindahkan hartanya ke tangan tim ini melalui tipu daya cinta yang mereka susun sedemikian rupa. Ah, hati Saras sungguh gusar sekali. 

Banyak tanda tanya di kepala Saras. Hatinya gusar. Ia bertanya apakah ini saatnya untuk menyudahi semua ini? 


***


Pagi tadi, Mateo bangun dengan keadaan berantakan. Ia mimpi buruk lagi seperti malam-malam sebelumnya. Rumah kosong dengan pigura-pigura yang dicabik-cabik itu menghantuinya sehingga ia tak dapat tidur nyenyak. Mimpi itu makin menjadi-jadi jika Mateo pergi tidur dalam keadaan gelisah. Seorang dengan gaun pengantin muncul di mimpinya. Gaun itu sangat wangi hingga menusuk hidungnya. Aroma wangi yang sangat dikenalnya itu membuatnya pusing berkali-kali. 

Lihat selengkapnya