Meskipun dengan setengah hati, tapi pada akhirnya Kyna tetap mengikuti kemauan Aka. Sebenarnya apa yang Aka katakan ada benarnya. Kekesalannya ini memang harus disalurkan, salah satunya dengan curhat dan satu-satunya teman curhat paling ideal bagi Kyna saat ini adalah Aka. Rasanya mengeluarkan unek-uneknya pada Aka jauh lebih aman dibandingkan dengan Joana atau Sisi.“
Nih, jus melon kesukaan lo. Hari ini gue yang traktir.” Aka meletakkan segelas jus melon di hadapan Kyna dengan gaya tengilnya seolah telah membelikan cewek itu makanan paling mahal di muka bumi.
Awalnya, Kyna tidak ingin meninggalkan rumah, dia ingin secepatnya mengerjakan tugas setelah berbincang sebentar dengan Aka. Namun, jika sesi curhat ini dilakukan rumahnya, sudah pasti sang mama akan mencuri dengar, lalu akan berakhir meledek Kyna lagi tanpa henti. Atas pertimbangan itu, Kyna akhirnya setuju untuk pergi ke café kecil pinggir jalan yang tak jauh dari rumahnya.“
Yaelah jus doang, gaya lo ngeselin gitu.” Kyna kesal, tapi tetap saja dia menyeruput jus melon itu dengan hati bahagia. “Kalau tugas gue gak kelar nanti malam, semuanya salah lo!” Kyna masih menggerutu.“
Yee, kan gue udah bilang, kekesalan lo itu perlu dilampiaskan dan gue siap dengan senang hati jadi korbannya. Emang lo bisa ngerjain tugas dengan hati dongkol gitu? Lagian, masalah itu jangan dipendem-pendem, ntar jadi bisul.” Aka meledek.“
Hmm, gue gak akan ngebantah soal itu. Yaudah, berhubung udah di sini langsung aja, ya. Gue mulai, nih, ceritanya sekaligus ngasih pertanyaan buat lo!” Kyna memberi penekanan sembari menunjuk hidung Aka saat mengucapkan “Lo!”.
"Oke. Tapi jangan susah-susah ya pertanyaannya, gue belom bikin contekan jawaban, nih.” Lagi-lagi Aka yang memang hobi bercanda, melemparkan celetukan jahilnya. Tujuannya sederhana, dia berharap cewek yang duduk di hadapannya akan ikut tertawa bersamanya.
"Garing lo. Udah ah bercandanya.” Di luar dugaan, Kyna tidak tersenyum atau tertawa sedikit pun. Keningnya justru berkerut dan raut wajahnya masih masam. “Hmm … Jadi, singkatnya gini, tadi gue diledekin gara-gara belom pernah pacaran sama dua temen kuliah gue. Emang ada yang salah ya, Ka?” Kyna menjelaskan singkat, kemudian menunggu respons teman bicaranya.
Aka tidak langsung menjawab. Cowok itu duduk bersandar, lalu melipat kedua tangannya di depan dada. Dia juga mengangguk beberapa kali seolah sedang mencerna kalimat Kyna dengan cermat.
"Gini, sebelum gue jawab, gue mau tanya dulu. Emang apa alasan lo belom pengen pacaran?”
Mendapat pertanyaan yang tak terduga, kali ini Kyna ikut-ikutan berpose seperti Aka untuk mencari jawaban yang sama sekali belum terlintas di kepalanya.