Kyna sibuk menyamarkan lingkaran hitam kantung matanya dengan beberapa produk make-up yang berjajar cantik di meja riasnya. Hal ini harus dilakukannya karena semalam jam tidurnya jauh berkurang. Kyna baru benar-benar terlelap sekitar pukul 02.00 dini hari, kemudian bangun sekitar pukul 04.50 untuk beribadah. Kyna memang tidak terbiasa kembali terlelap setelah itu, seberapa pun mengantuk dirinya.
Salah satu alasan Kyna tidur terlambat adalah cewek itu harus mengerjakan tugas individu kuliahnya yang menumpuk dan baru diselesaikannya sekitar tengah malam. Meskipun hari ini adalah weekend, Kyna memang paling benci jika hari liburnya harus diisi dengan mengerjakan tugas kuliah. Sudah menjadi kebiasaannya selalu mengerjakan tugas secepat yang dia mampu agar bisa memaksimalkan hari liburnya untuk beristirahat atau bermain bersama teman-temannya.
Selain karena alasan itu, Kyna juga sulit untuk tidur karena ucapan Aka kemarin. Kyna tidak menyangka ajang curhatnya justru berubah menjadi ajang pengakuan cinta Aka kepadanya. Kyna sendiri masih ragu, apakah Aka melakukannya dengan serius atau hanya bercanda. Cowok itu hanya tersenyum sambil mengangkat bahu saat Kyna menanyakannya. Benar-benar situasi yang aneh.
“Ah! Gara-gara Aka, nih. Nyebelin!” Kyna menggerutu sambil mengoleskan lip tint untuk menyempurnakan penampilannya hari ini.
Namanya… Kyna Almira. Kata-kata Aka terus menggema di kepalanya.
“Huuaaah!” Tanpa sadar Kyna berteriak. Teriakan cewek itu cukup keras sampai membuat sang mama terkejut hingga menerobos ke kamar Kyna tanpa aba-aba.
“Apa? Kenapa?” Sang mama terlihat panik. Wanita itu menekan wajah anaknya, lalu memperhatikan dengan seksama. “Kamu sakit? Mana yang sakit?”
Melihat kepanikan sang mama, Kyna jadi ikut panik. Berbeda dengan mamanya, kepanikan Kyna justru disebabkan dirinya sendiri yang harus memikirkan jawaban paling tepat untuk menghilangkan kekhawatiran wanita di hadapannya.
“Eh? Hmm, itu… itu tadi ada kecoa terbang.” Kyna memberikan satu-satunya jawaban yang terlintas begitu saja dalam kepalanya.
“Ya ampun, kirain kenapa. Teriak pagi-pagi kayak gitu, ntar dikira ada KDRT di rumah ini sama tetangga.” Sang mama menggeleng, tidak habis pikir dengan tingkah anak gadisnya itu. “Lagian kamar anak perempuan, kok, bisa ada kecoa? Kamu pasti jorok, deh. Pokoknya pulang dari rumah Sisi nanti kamu harus bersih-bersih. Mama gak mau tau.”
Kyna terdiam sejenak, merasa menyesal telah membuat cerita kecoa terbang khayalannya. Sial! Dari sekian banyak alasan di muka bumi ini, kenapa gue gak kepikiran hal lain selain kecoa terbang, sih?
“Loh? Kok diem?” Mamanya masih berdiri di sana, seperti seorang komandan yang menunggu jawaban anak buahnya.
“Iya, Ma. Siap! Laksanakan!” Kyna menjawab tegas, kemudian kembali becermin, mengerucutkan bibir dan melanjutkan kegiatan mengoleskan lip tint yang sempat terhenti.
“Eh iya, Mama gak bikin sarapan. Makan roti aja, ya. Olesin selai sendiri.” Setelah memastikan Kyna baik-baik saja, sang mama pun segera meninggalkan kamar putrinya.
Selain menjadi hari libur bagi Kyna dan sang papa, weekend juga menjadi hari libur mama Kyna membuatkan sarapan. Sebagai gantinya, wanita itu menyediakan roti untuk suami dan putri tunggalnya. Kyna memang jarang sarapan di hari libur, tapi hari ini pengecualian karena dia harus pergi ke rumah Sisi untuk menyelesaikan tugas kelompok mereka.
“Kalau bukan karena tugas Pak Iwan yang harus dikumpul hari Senin, males banget hari libur gini ngerjain tugas. Hih!”