Love Story of El Panthera

awod
Chapter #1

Go

EL

Jefri tidak tahu berapa lama ia tergeletak di dalam bak truk. Kesadarannya naik turun. Sesekali matanya yang lebam terbuka, dunia di sekitarnya tampak bergoyang dan kabur, cahaya lampu jalanan yang berkelebat di kejauhan, membentuk garis-garis cahaya kuning di kegelapan. ​Setiap guncangan truk menghantarkan gelombang rasa sakit yang tajam ke seluruh tubuhnya. Ia terbaring di atas gulungan terpal tebal yang berdebu dan bau apek di dalam bak truk. Permukaan kain kasar itu terasa menggaruk kulitnya yang berkeringat dan dingin. Darah dari lengan kirinya yang terkena sabetan pisau, merembes membentuk noda pada kain kasar itu. Perutnya masih terasa nyeri akibat tendangan brutal. Rasa mual dan perih bercampur, menjadikannya sulit bernapas. Ia pun kembali tak sadarkan diri, kali ini lebih dalam, seperti jatuh ke dalam sumur gelap yang sunyi.

​Truk itu terus melaju di jalanan sepi. Suara mesin dieselnya menderu monoton meninggalkan kota, dengan kilauan lampu terakhirnya yang memudar di kaca spion, membawa Jefri yang tak berdaya menuju entah ke mana...

Beberapa minggu sebelumnya...

Malam itu, jalanan di pinggiran kota terasa hidup dengan suara deru mesin motor yang meraung-raung. Lampu jalan yang temaram memantulkan cahaya di atas aspal yang sedikit lembap, memberikan nuansa seru sekaligus menegangkan bagi mereka yang berkumpul di tempat itu. Sirkuit Jalanan (SJ). Aroma asap knalpot bercampur dengan udara malam yang dingin, menambah sensasi khas dunia balap liar. Beberapa pemuda dengan jaket kulit dan helm penuh gaya berdiri di tepi jalan, mengamati dengan penuh semangat, membicarakan prediksi mereka tentang siapa yang akan menang malam ini.

Jefri, sang pemimpin klub motor El Panthera, duduk di atas motornya. Motor yang dimodifikasi dengan bodi biru navy dan stripping hijau stabilo khas klub mereka. Ia mengusap tangannya yang dingin sebelum meraba setang motor, merasakan getaran mesinnya yang berdenyut halus. Keenam temannya, Rian, Bimo, Adit, Dika, Arul, Kevin, dan Fikri sibuk mengutak-atik motor masing-masing.

Beberapa dari mereka tertawa-tawa sambil bercanda, sementara yang lain fokus mengencangkan baut atau mengecek tekanan ban. Aroma oli bercampur dengan bensin menguar di udara, membawa suasana khas bengkel jalanan.

"Jef, lo yakin udah pas setingannya?" tanya Rian, menatap motor Jefri dengan penuh antusias.

Jefri menyalakan mesinnya. Suara knalpot free-flow meraung keras, memantulkan gema di antara gedung-gedung sekitar. Ia menarik gas sedikit, merasakan respons mesin yang sempurna.

"Wah, makin ganas nih motor lo," Rian menepuk bahu Jefri.

"Iya, gue ubah setingan ECU-nya. Tenaganya lebih ngejambak sekarang," jawab Jefri sambil tersenyum puas.

Belum sempat mereka lanjut mengetes kecepatan, suara motor lain terdengar mendekat. Lampu utama motor itu menyilaukan, membuat beberapa dari mereka menyipitkan mata. Motor itu berhenti tepat di hadapan mereka, mesinnya masih menggeram garang. Dari atas motor, seorang pria turun dengan gaya santai. Willy, pentolan klub motor Velocity, menyeringai lebar, jaket kulit hitamnya sedikit berkibar tertiup angin malam. Sorot matanya tajam, penuh kepercayaan diri.

"Wah, wah, wah... Gue kira siapa. Ternyata El Panthera lagi latihan malam," ujar Willy dengan nada bercanda, namun ada tantangan tersembunyi di balik kata-katanya.

Jefri terkekeh, lalu melakukan tos dan menjabat tangan Willy dengan erat. "Hahaha, kita cuma iseng ngetes motor doang, Will. Sekalian nongkrong, mumpung cuacanya bagus.”

Lihat selengkapnya