Love Story of El Panthera

awod
Chapter #4

Sirkuit

Empat hari berselang, 18 pembalap muda tiba di sirkuit dengan motor matic mereka. Erick sudah menunggu di sana bersama pemandu bakat dan beberapa panitia. Sirkuit ini benar-benar profesional, dengan trek yang luas dan tikungan tajam yang menantang.

Erick mendekati Andi. "Bagus Andi. Kamu bawa anak-anak yang cukup banyak. Sekarang tinggal lihat siapa yang paling cepat dan berbakat."

Suara mesin motor menderu di dalam pit area, suara knalpot yang beradu dengan lantai beton menciptakan gema khas sirkuit. Asap tipis dari bahan bakar yang terbakar memenuhi udara, bercampur dengan aroma oli dan karet ban. Para mekanik sibuk memeriksa motor, memastikan semua komponen bekerja dengan sempurna. Beberapa di antaranya tampak berbicara serius dengan pembalap mereka, memberikan instruksi terakhir sebelum turun ke lintasan. Para pembalap, dengan seragam balap penuh warna, tampak sibuk dengan persiapan masing-masing, beberapa mengencangkan sarung tangan, sementara yang lain berbicara dengan kru mereka.

Jefri duduk di bangku besi di sudut pit. Wajahnya tenang, fokusnya tak teralihkan dari persiapan yang terus ia lakukan. Di sebelahnya, Dika usia 12 tahun teman Jefri, bersiap dengan motor matic berdiri gagah, fairing-nya berkilauan di bawah lampu pit.

"Gak usah gugup, Dika. Rileks aja. Uji balap ini gratis. Kamu berbakat dan Abang yakin kamu pasti lolos." Jefri menyemangati sahabat kecilnya itu.

Satu suara yang tidak asing terdengar dari kejauhan. “Jefri!”

Willy melangkah mendekat dengan senyum lebar, di sampingnya Angela, pacarnya yang mengenakan jaket kulit hitam dengan rambut panjangnya tergerai tampak cantik.

“Siap tempur, Bro?” Willy menepuk bahu Jefri dengan semangat.

Jefri hanya mengangguk ringan. “Harus siap.” Jefri melirik ke arah Dika.

Sementara Willy berbincang dengan Jefri, di sampingnya, Angela tersenyum kecil. Sejak tadi, tatapan matanya selalu melirik ke arah Jefri, memperhatikannya dengan cara yang seolah disengaja. Jefri menangkap sekilas pandangan itu, tapi ia tetap cuek, ia lebih tertarik memastikan semua persiapannya sempurna. Baginya, balapan lebih penting daripada drama yang mungkin ada di sekelilingnya.

“Motor lo kayaknya lebih siap dari lusa kemaren sewaktu adu drag,” Willy kembali berbicara, kali ini sambil memperhatikan motor Dika yang tampak sedikit berbeda dari sebelumnya.

Jefri mengangguk. “Iya, ada sedikit ubahan. Lebih responsif sekarang.”

“Hmm... baguslah. Tapi jangan kira bakal menang gampang.” Willy terkekeh, mencoba mencairkan suasana.

Jefri hanya tersenyum tipis. Sementara itu, Angela masih saja melirik ke arahnya. Sesekali ia memainkan ujung rambutnya, seolah ingin menarik perhatian. Namun Jefri tidak peduli seolah menganggap Angela tidak ada di situ.

Willy yang sejak tadi mengamati gerak-gerik Angela, mulai merasa ada yang aneh. Pandangannya bergantian antara Angela dan Jefri. Hatinya mulai terasa tak nyaman. Seolah ada sesuatu yang terjadi di luar dugaannya.

Lihat selengkapnya