"Seperti ada suara benda jatuh di bak truk." Sopir truk membatin. Dilihatnya kedua spion. Ia menoleh ke arah sebelah kiri. Terlihat bersandar di jok seorang laki-laki yang jadi kernetnya sedang mengorok tertidur pulas.
Jefri tidak tahu berapa lama ia tergeletak di bak truk. Kesadarannya naik turun. Sesekali matanya yang lebam terbuka, dunia di sekitarnya tampak bergoyang dan kabur, cahaya lampu jalanan yang berkelebat di kejauhan, membentuk garis-garis cahaya kuning di kegelapan. Setiap guncangan truk menghantarkan gelombang rasa sakit yang tajam ke seluruh tubuhnya. Ia terbaring di atas gulungan terpal tebal yang berdebu dan bau apek di dalam bak truk. Permukaan kain kasar itu terasa menggaruk kulitnya yang berkeringat dan dingin. Darah dari lengan kirinya yang terkena sabetan pisau, merembes membentuk noda pada kain kasar itu. Perutnya masih terasa nyeri akibat tendangan brutal. Rasa mual dan perih bercampur, menjadikannya sulit bernapas. Ia pun kembali tak sadarkan diri, kali ini lebih dalam, seperti jatuh ke dalam sumur gelap yang sunyi.
Truk itu terus melaju di jalanan sepi. Suara mesin dieselnya menderu monoton meninggalkan kota, dengan kilauan lampu terakhirnya yang memudar di kaca spion, membawa Jefri yang tak berdaya menuju entah ke mana.
Sampai akhirnya...
Truk melambat. Udara pagi yang dingin mulai terasa menusuk kulit. Sayup-sayup terdengar suara azan Subuh berkumandang, bersahutan dengan suara ayam berkokok.
Jefri masih tak sadarkan diri.
Langit masih terlihat gelap pagi itu. Angin bertiup agak kencang membawa tetesan-tetesan gerimis. Setelah Subuh, truk tiba di depan pintu gerbang. Lalu seorang kernet pria paruh baya turun dari arah pintu truk sebelah kiri dan membuka pintu gerbang lebar-lebar. Terlihat halaman luas di belakang sebuah mesjid yang lumayan besar. Mesjid dengan bangunan model zaman dulu namun terlihat rapi dan bersih. Truk itu masuk dan parkir tepat di halaman mesjid sebelum masuk garasi. Setelah truk terparkir lalu sopir keluar dari mobil. Wajahnya terlihat lelah. Ia menghampiri temannya, Ujang. "Jang. Semalam waktu masih di Jakarta sepertinya ada suara di dalam bak truk. Coba diperiksa."
Ujang dalam keadaan agak bingung lalu naik dari arah samping truk. Kaki kanan menjejak ban belakang, tangan meraih besi panjang yang melintang di samping bak truk.
Saat kepalanya melongok ke dalam bak truk, terlihat gulungan terpal. Sejenak ia kernyitkan kening. Dadanya kini berdegup kencang. Ia melihat sepasang kaki menyembul dari gulungan terpal itu. Ujang lalu turun masuk ke dalam bak truk. Pelan-pelan ia membuka terpal yang tergulung. Ia terkejut mundur dua langkah.