Love Story of El Panthera

awod
Chapter #12

Si Brewok

Seperti biasa pagi itu para santri sedang belajar di kelas. Suasana sepi semakin membuat Jefri bosan. Namun Abah pernah mengingatkan agar ia jangan banyak diam setelah agak mendingan. Kiai itu menyarankan agar ia banyak bergerak supaya peredaran darahnya lancar dan cederanya lekas sembuh. Biasanya, ia cuma jalan-jalan di sekitar pondok. Tak bisa jauh.

Jalanan di sekitar pondok pesantren menanjak dan menurun karena berada di daerah pegunungan. Pondok pesantren jika dilihat kejauhan akan tampak seperti bangunan tersendiri di tengah-tengah hamparan sawah dan ladang yang luas. Hanya ada beberapa rumah di sekitar pondok itu meski jaraknya agak berjauhan.

Di depan gerbang pondok membentang jalan kampung yang mengarah ke utara semakin menanjak ke arah perkampungan, dan jalan yang mengarah ke selatan agak landai menurun menuju kampung bawah dan terus menuju kota. Di depan pondok terhampar luas pesawahan milik Abah. Begitu pun di sebelah selatan dan barat pondok pesantren tampak sawah-sawah milik Abah. Di sebelah utara pondok tepatnya di belakang rumah Abah terdapat empang kolam ikan. Di utara empang tersebut terlihat ladang lumayan agak besar yang biasa ditanami cabe, bawang, atau sayuran. Dan juga terdapat tiga ekor sapi di kandang yang berada di antara ladang dan empang.

Untuk menghilangkan bosan, seperti biasa Jefri menuju kantin. Meski kakinya sudah sembuh dan tidak menggunakan tongkat lagi, sebenarnya masih agak ngilu dan belum sanggup berlari. Tiba di kantin ia tak melihat Alex. Sayup-sayup terdengar suara minyak mendidih di atas wajan menggoreng sesuatu. "Alex pasti lagi di belakang." Jefri membatin. "Assalamualaikum, Lex." Alex nongol dari balik pintu dapur. "Hey, Kang. Wa’alaikumussalam. Sini masuk. Nanggung nih lagi ngadonin."

"Masuk ke mana?" Jefri bingung.

"Sini masuk aja ke dalam kantin. Lewat sini. Lewat samping nih." Alex berdiri ke dekat pintu dapur, ia bicara sambil mengaduk adonan di dalam baskom yang di pegangnya. Mukanya ditolehkan ke kanan, mulutnya dimonyongkan seolah menunjuk jalan masuk ke dapur.

Jefri melangkah menuju samping kantin lalu masuk ke dapur. Dapur itu kecil. Di ujung dapur ada wastafel dan kamar mandi. Dilihatnya Alex sedang sibuk membuat adonan pisang goreng. Di wajan tampak minyak mendidih menggoreng bala-bala.

"Masuk aja ke dalam kantin, Kang. Di sini sempit. Masuk aja tuh di belakang lemari ada tikar dan bantal. Santai-santai aja di situ. Main hape atau ngapain gitu." Lagi, Alex monyongkan mulutnya menunjuk ke arah belakang lemari di dalam kantin.

"Ah gak enak Lex. Takut ada yang hilang. Lagian aku gak ada hape. Hapeku remuk mati total." Jefri garuk-garuk kepalanya sehingga tambah kusut rambutnya.

"Gak apa-apa Kang. Santai aja. Ada buku atau majalah jadul di situ kalau mau baca." Alex angkat bala-bala yang sudah matang. Lalu ia masukan adonan pisang goreng ke dalam wajan.

"Aku duduk di sini aja." Jefri lepas sendalnya lalu masuk dan duduk bersila di lantai kantin. Sambil mengobrol dengan Alex, ia memperhatikan tiap detail barang-barang yang ada di situ. Sesekali terdengar canda dan tawa keduanya berbincang.

"Lex. Inget kejadian yang bikin malu di kelas santriwati yang waktu itu aku ceritain?" Jefri menunggu jawaban Alex.

Lihat selengkapnya