Love Story of El Panthera

awod
Chapter #23

Pengen Pulang

Latihan silat selesai menjelang jam 11 siang. Keringat masih membasahi tubuh Jefri, namun ia memilih duduk berselonjor di bawah pohon rindang, menunggu tubuhnya dingin sebelum mandi.

Di sampingnya, Ustaz Khalid juga duduk menemani. Di atas tikar, tersaji pisang rebus dan teh panas dalam gelas-gelas kecil.

"Ambil lagi, Jefri," kata Ustaz Khalid sambil menyodorkan pisang rebus.

Jefri mencomot satu, menggigitnya perlahan.

"Bagaimana latihan pertama?" tanya Ustaz Khalid sambil menyeruput teh.

Jefri menghela napas, "Lumayan capek, Ustaz. Sudah lama tidak latihan. Tapi asyik juga."

Ustaz Khalid tersenyum sambil memperhatikan Jefri, lalu berkata, "Kamu berbakat, Jefri. Jurusmu bagus, kuda-kuda kuat, dan gerakanmu cepat."

Jefri menggaruk kepala, "Ah, biasa aja Ustaz. Cuma kebiasaan sejak kecil."

Jefri meminum teh hangatnya, merasakan kehangatan menjalar ke tubuhnya. Di dalam hatinya, ia mulai merasa sedikit berbeda. Di pondok ini, ia mulai menemukan sesuatu yang baru.

Tapi… apakah ini benar-benar jalan yang harus ia ambil? Atau… sudah waktunya ia kembali ke kota?

Sehabis salat Zuhur, Jefri berdiri di serambi masjid. Seperti biasa matanya menyapu ke segala penjuru mencari seseorang. Tapi tak ada sosok yang diharapkannya muncul. Sania tidak kelihatan.

Ia menghela napas dengan sedikit kecewa. Namun, di antara para santri dan santriwati yang keluar dari masjid, ia justru melihat seorang ustazah muda, Ustazah Aisyah. Cantik, anggun, dan lembut. Seorang ustazah yang juga banyak disukai para santri di pondok ini.

Namun, anehnya hati Jefri tidak bergetar sedikit pun. Ia hanya tersenyum kecil saat pandangannya beradu dengan Ustazah Aisyah, tapi tidak ada dorongan untuk memperhatikan lebih lama.

"Ternyata benar kata orang. Hati sulit didustai. Sania sudah mencuri hati gue." Jefri menghela napas panjang, mengusap wajahnya sendiri. “Hadeuh, kenapa gue jadi begini sih?” gerutunya dalam hati.

Merasa tak punya tujuan, Jefri kembali masuk ke dalam masjid.

Di dalam masjid yang sunyi, ia berbaring menghadap langit-langit. Menatap ornamen kayu yang disusun rapi. Dalam keheningan masjid pikirannya mulai menerawang ke mana-mana. Tiba-tiba ia teringat neneknya. Teringat bibinya. Teringat adik sepupunya. Teringat mereka yang ia tinggalkan tanpa kabar. Perasaan ingin pulang seketika mendadak menguat.

Lihat selengkapnya