Love Story of El Panthera

awod
Chapter #25

Motor Mogok

Hujan gerimis turun agak deras sore itu, membuat udara di sekitar pondok pesantren terasa lebih syahdu. Jefri duduk di beranda samping masjid, melipat tangan di dada sambil memperhatikan rintik hujan yang jatuh di halaman.

Tak lama Abah keluar dari masjid setelah selesai berzikir dan berdoa. Melihat anak muda itu duduk sendirian, kiai menghampiri.

"Kok melamun, Jef?" tanya Abah sambil tersenyum.

Jefri menoleh dan ikut tersenyum tipis lalu berdiri. "Eh... Tidak melamun, Bah. Saya sedang menunggu Abah. Saya mau minta izin, Bah. Mau betulin motor Ustazah Sania. Katanya mogok."

Abah mengangkat alis, sedikit heran. "Lho, kamu tahu dari mana kalau motor Sania mogok?"

Jefri menggaruk kepala. "Tadi ketemu dia dan Sarah di pinggir ladang. Mengobrol sebentar. Diaa cerita kalau motornya susah hidup."

Abah tertawa kecil. "Ya sudah, silakan. Ke rumahnya saja, biar sekalian izin sama abinya."

Jefri mengangguk. "Baik, Bah."

"Abah duluan ya. Kamu mau bareng Abah?" Kiai itu kembangkan payung yang dipegangnya.

"Tidak usah Bah, terima kasih. Nanti saya ke sana nunggu reda saja." Jefri menundukkan bahunya sambil gosok-gosok kedua telapak tangannya.

Abah pun berlalu dari hadapan Jefri berjalan melintasi lapangan basket menuju rumahnya. Tiba di beranda rumah, Abah simpan payung di lantai. Sepintas ia melihat Jefri berlari kecil menyeberangi lapangan basket menuju rumah cucunya.

"Hmm.. dasar anak muda. Katanya menunggu hujan reda." Abah tersenyum geleng-geleng kepala. Sambil membetulkan sorbannya lalu masuk ke rumah.

Saat berlari kecil ke rumah Sania, Jefri membatin. "Abi Rania? Siapa ya? Kok aku malah gak tahu."

Setibanya di rumah itu, Jefri mengetuk pintu pelan. "Assalamualaikum."

Tak berselang lama seorang pria bertubuh tegap, berjanggut tipis rapi, dan berwibawa keluar. "Wa’alaikumussalam."

Jefri nyaris melongo. "Lho... Ustaz Ibrahim?!"

Ustaz Ibrahim tersenyum tipis menatap anak muda di depannya. "Iya, saya. Ada apa, Jef?" tanyanya sambil menyilangkan tangan di dada.

Jefri buru-buru menenangkan diri dan menunduk sedikit. "Maaf, Ustaz. Saya baru tahu kalau ustaz ayahnya Ustazah Sania."

Ustaz Ibrahim tersenyum. "Kamu tidak bertanya makanya kamu tidak tahu."

Jefri masih bengong. "Saya juga jarang lihat Ustaz di pondok. Saya kira Ustaz tinggal di luar pondok dan hanya mengajar di sini."

Lihat selengkapnya