Love Story of El Panthera

awod
Chapter #28

Cemburu

Selepas suara azan berkumandang, Jefri bersama para santri dan para ustaz bersiap untuk Shalat Zuhur berjamaah di masjid pondok.

Matahari siang itu cukup terik, namun suasana masjid terasa sejuk karena angin sepoi-sepoi menerobos masuk dari jendela yang terbuka.

Setelah Shalat dan zikir, Jefri langsung menuju rumah Ustaz Ibrahim. Sesampainya di sana, Sania menyambutnya di pintu dengan senyum tipis.

"Masuk, Kang." Katanya, masih sedikit geli membayangkan Jefri yang terlihat canggung ketika diundang makan.

Di dalam, sudah ada Abah dan Ustaz Ibrahim yang duduk di ruang makan, sementara Ibu Sania sibuk menata hidangan. Aroma sayur asam, ikan goreng, dan sambal terasi menyeruak memenuhi ruangan.

"Ayo, silakan duduk, Jefri," ujar Ustaz Ibrahim dengan ramah.

Jefri mengangguk sopan dan mengambil tempat di samping Abah.

"Ayo jangan malu-malu nak Jefri." Ibu Sania mengambilkan piring untuknya.

Saat mereka selesai makan, Abah menoleh ke arah Jefri. "Jadi motor Sania sudah beres ya?" tanyanya.

Jefri mengangguk. "Alhamdulillah, Abah. Sudah normal. Sudah bisa dipakai lagi."

Saat itu, Sania menyelipkan candaan dengan nada menggoda. "Montir kita ini laris manis, Bah! Sekarang diminta Kartika juga untuk membetulkan motor adiknya," ucapnya sambil melirik ke arah Jefri.

Jefri tertawa kecil kemudian menoleh ke Abah.

"Abah... saya minta izin untuk membetulkan motor adiknya Kartika, boleh?"

Abah tersenyum. "Silakan, Jefri. Kalau bisa membantu orang lain, itu merupakan suatu kebaikan."

Selesai makan bersama di rumah Ustaz Ibrahim, Jefri kembali menuju messnya. Saat berjalan ia merogoh saku celananya. Sisa uang kembalian membeli sparepart ia keluarkan. Ia lalu pergi ke kantin.

“Assalamualaikum, Lex.”

“Wa’alaikumussalam, Kang.”

“Habis dari mana, Kang? Aku tadi lihat Kang Jefri naik motor.”

Jefri lalu menceritakan soal motor mogok dan pergi ke bengkel. Namun ia tidak menceritakan tentang kejadian maling motor.

“Lumayan kembaliannya bisa buat jajan.” Ujar Jefri, lalu ia menunjuk buku gambar di etalase. “Beli buku gambar sama pensil dong, Lex. Sekalian sama gunting kecil dan binder clip.”

Alex membuka etalase. “Kang Jefri keren bisa betulin motor.” Ucapnya sambil menyerahkan buku, binder clip, gunting dan pensil.

Jefri menyerahkan uang, dan diterima Alex. “Kebetulan aja yang rusaknya bisa aku betulin.”

“Dan yang lebih keren lagi tau gak apa, Kang?”

“Apaan tuh, Lex?” tanya Jefri bingung.

“Kang Jefri udah dipercaya sama Ustaz Ibrahim.”

Lihat selengkapnya