Cuaca cukup cerah sore itu. Selepas Ashar para santri yang ikut latihan silat terlihat mulai berkumpul di lapangan basket. Mereka ada yang berbincang sambil melakukan peregangan otot. Tampak dari kejauhan Ustaz Khalid dan Jefri berjalan menuju tengah lapangan. Tiba di lapangan para santri langsung berkerumun membentuk lingkaran. Berdoa lalu melakukan pemanasan berlari kecil mengelilingi lapangan.
Setelah berlari beberapa putaran, para santri lalu berbaris. Dipimpin Ustaz Khalid, para santri melakukan gerakan-gerakan silat bersamaan. Tiba saat giliran sesi sparing para santri memposisikan diri duduk di lapangan. Jefri maju sebagai wasit.
“Baik, sekarang kita mulai latihan sparing." Kata Jefri sambil merapikan posisi santri. Ketika ia hendak memberikan pengarahan, tiba-tiba suara Hilman menggema dari tengah lapangan.
“GURU SILAT ANYAR GANTENG!”
Seketika suasana meledak dengan tawa para santri. Jefri garuk-garuk kepala menahan malu. Ustaz Khalid hanya tertawa kecil menyaksikan kejadian tersebut.
Dari beranda rumahnya, Abah yang sedang duduk di kursi hanya tersenyum melihat keributan santri. Kiai itu belum pernah menyaksikan suasana latihan yang santai sebelum kehadiran Jefri.
Sementara itu Sania yang berada di rumahnya keluar menuju beranda. Tangannya menenteng sebuah buku yang agak tebal. Rasa penasarannya membuat ia ingin mengetahui keriuhan apa yang terjadi di lapangan basket itu.
Tiba di beranda, mata tertuju memperhatikan ke tengah lapangan. Pandangannya tertuju pada sosok yang berdiri di antara para santri yang duduk berkeliling. Dari perawakannya ia mengenalinya. Namun dari samping wajahnya tidak begitu ia kenali.
"Siapa itu." Benak ustazah itu. "Gerak-geriknya seperti Kang Jefri. Tapi..."
Suara dalam benak Sania terputus oleh suara Jefri.