Love Story of El Panthera

awod
Chapter #33

Bandung

Keesokan harinya, Jumat sore, Abah menghampiri Jefri yang duduk di beranda masjid sedang membaca buku "ikhlas". Selembar kertas masih terselip di buku itu. Mereka duduk berbincang. Jefri kembali menanyakan apa yang tidak ia pahami dari buku itu. Abah menjelaskan dengan terperinci. Ia pun mendengarkan dengan seksama.

Setelah selesai bertanya. Dengan suara tenang, Abah berkata, “Jefri, besok temani Abah ke Bandung. Kita akan menemui seseorang. Mau?”

Jefri mengangguk. “Siapa, Bah?”

“Orang kaya. Dia yang dulu berniat membantu renovasi masjid ini.”

Mata Jefri berbinar. “Siap, Bah.”

Sabtu siang mereka berangkat ke Bandung menggunakan minibus putih milik Abah. Sang Kiai duduk di kursi tengah. Sementara Jefri duduk di depan menemani sopir. Ia masih membawa buku "ikhlas" dan kertas yang terselip di dalamnya. Sesekali ia membacanya.

Setelah beberapa jam perjalanan mereka akhirnya tiba di sebuah perumahan elite di Bandung. Mobil mereka berhenti di depan sebuah rumah besar dengan pagar tinggi.

Gerbang dibuka oleh seorang pembantu. “Silakan masuk, Pak Kiai.”

Abah turun dari mobil, lalu menoleh ke Jefri. “Ayo, Jef. Ikut masuk.”

Namun Jefri menggeleng. “Saya di mobil saja, Bah.”

Abah menatapnya sejenak, lalu mengangguk. “Baiklah.” Kiai itu pun masuk ke dalam rumah disambut oleh tuan rumah.

Di dalam rumah mewah itu, Abah duduk santai di sofa ruang tamu yang luas. Di hadapannya duduk seorang pria paruh baya dengan kemeja lengan panjang warna biru gelap. Keduanya berbincang.

Lihat selengkapnya