Love Story of El Panthera

awod
Chapter #34

Jalur Nagreg

Abah ternganga. Matanya beralih ke Jefri yang masih diam seribu bahasa.

Suasana hening seketika. Tak ada satu pun yang berbicara. Tiba-tiba keheningan itu dipecahkan oleh suara Sang Kiai. "Jefri... kemari, Nak. Duduk di sini." Abah memberi isyarat agar ia ikut duduk bersama di sofa.

Jefri masih terdiam tidak menggubris ucapan Abah. Perasaannya hanya ingin keluar pergi menjauh dari rumah itu.

"Jefri..." Suara Abah terdengar lembut menggema.

Jefri menatap kiai itu, kemudian ia melangkah menuju sofa lalu duduk di sebelah Abah. Tangannya mengepal. Pandangannya menunduk ke lantai.

Abah mengelus punggung Jefri. Ruang tamu itu masih diselimuti keheningan. Pak Indra berusaha tersenyum, tapi ada kegugupan di wajahnya.

"Sudah lama kita tidak bertemu, Jef."

Jefri masih tidak bersuara. Tangannya sibuk menggulung-gulung buku yang dibawanya.

Abah memahami ada sesuatu yang tidak beres di antara mereka. Akhirnya, kiai itu menghela napas dan berkata, "O iya Pak Indra. Saya mau Shalat Ashar dulu. Apakah di sini ada mushala?"

Pak Indra mengangguk. Lalu memberi isyarat menunjuk ke arah mushala. "Ada. Silakan, Pak Kiai. Di sebelah kamar ini." 

Saat Abah bangkit dan pergi, keheningan masih menggantung di udara. Jefri tetap tidak menatap pria di hadapannya. Sedangkan Pak Indra, wajahnya penuh rasa bersalah.

Pembantu rumah tangga dengan ramah menunjukkan tempat wudu kepada Abah.

“Silakan, Pak Kiai. Mushalanya di sebelah sini.”

Abah mengangguk. “Terima kasih.”

Saat hendak mengambil air wudu, tiba-tiba terdengar suara teriakan Jefri dari ruang tamu.

“SEMUA GARA-GARA AYAH! MENINGGALKAN IBU DAN AKU!”

Lalu terdengar suara Pak Indra, agak bergetar. “Jefri... Ayah minta maaf. Dulu Ayah khilaf.”

Tapi jawaban Jefri bukan suara lembut.

“AAAAH! SUDAHLAH! AYAH TIDAK PEDULI!”

Abah menarik napas panjang. Ia mendengar semuanya.

Lihat selengkapnya