Aku menatap geram pada kedua orang yang sedang berpegangan tangan di depanku. Karena salah satu dari mereka adalah pacarku sendiri dan seorangnya lagi adalah cewek jelek yang aku tidak tahu siapa namanya. Siapapun cewek itu tidak penting untukku, kecuali saat dia menggenggam erat lengan Ray. Kalau itu, dia harus berurusan denganku!
Aku berjalan cepat ke arah mereka, sampai pada saat Ray melihatku dan mata kami saling bertemu. Namun, amarah telah menggerogoti diriku.
Plak
Suara keras tamparan. Aku refleks menampar Ray, cowok yang menyandang status sebagai pacarku saat ini.
Jangan tanya padaku kenapa aku se-emosi ini! Jelas-jelas dia menerimaku sebagai pacarnya, namun aku sering menemukannya berduaan dengan cewek lain. Beginilah kelakuannya di belakangku.
Sebenarnya aku bingung kenapa para perempuan-perempuan jahannam ini sangat suka mengganggu kekasih orang. Padahal mereka jelas tahu kalau Ray itu tidak single.
Aku bilang begini karena rata-rata murid perempuan yang mendekatinya adalah teman sekelasnya juga. Sinting nggak tuh!
“Oh, Ya Tuhan Ray!” jerit cewek itu dengan tampang histeris dan raut muka memelas sedih.
Wajah terdzolimi yang dibuat-buat itu menatap Ray sendu, tidak cukup sampai disitu, cewek tidak tahu malu ini malah mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi Ray.
Aku hanya bisa ternganga menatap keduanya.
“Jauhkan tanganmu darinya!” geramku dengan kekesalan sudah tak tertahankan.
Namun yang bersangkutan malah memelototiku dan berbalik marah.
Hah, yang benar saja! Cewek jelek sepertinya malah playing victim di depan semua orang yang sedang ramai menyaksikan kami. Berharap dia dianggap sebagai korban yang tersakiti?!
Memang hal tersebut tidak lagi mempan untukku, sudah berulang kali aku menghadapi drama queen sepertinya, sedikitpun tidak akan menggugah rasa simpatiku padanya.
“Apa yang kamu lakukan? Dasar cewek gila!” teriaknya tambah histeris.
Membuatku mengernyit bingung, sebenarnya disini yang gila aku atau dia sih? Nampaknya perempuan satu ini juga kehilangan ‘kesadaran diri.’
“Apa yang kamu lakukan padanya?” bentak cewek itu tepat di hadapanku, matanya melotot marah. Sampai-sampai aku berpikir sedikit lagi dia memaksakan melototkan matanya, aku yakin itu bola mata bakalan ikut keluar.
Tapi aku tidak peduli dengan apa yang dia lakukan, selama dia tidak menyentuh Ray itu sudah cukup untukku.
“Ayo pergi Ray!” Tegasku, menatap tajam cowok dihadapanku.
“Apa maksudmu? Setelah kamu menamparnya dan sekarang kamu…”
Plak
Tamparan ini pantas untuknya! Tangan perempuan sialan itu terus menyentuh lengan Ray membuat amarahku semakin menjadi.
Beraninya dia merangkul pacarku di depan mataku dan di depan banyak orang! Ni cewek memang minta dihajar!
“Kamu? Kamu menamparku?” erangnya tidak percaya.
Perempuan itu kembali menangis, kali ini lebih tersedu-sedu, karena bisa aku pastikan air matanya tidak lagi palsu. Dia memang kesakitan karena tamparan di pipinya.