Love Troublemaker

Maudia Pwk
Chapter #3

2 - Jessy Myesha Rosalind

"Bun, Jejes kemana sih? Dia lagi mandi atau masih siap-siap?" tanya seorang pria yang sudah memasuki usia dewasa pada sang Bunda.

Namun sang Bunda hanya menatap datar Anak pertamanya yang telah bertanya padanya. "Kamu kayak enggak tau gimana Adikmu itu, Bang. Dia kalau belum dibangunin entah bakal bangun atau enggak. Bunda lagi PMS. Kalau Bunda bangunin Jejes, nanti yang ada Jejes kena pukul sama Bunda," jelas Ibu dua anak itu.

"Tapi Bun, kalau--"

"Pergi atau kamu Bunda jadiin menu buat sarapan hari ini." Jastin menelan ludahnya takut. Oh lihatlah tatapan Bundanya sekarang. Seperti ingin memakannya hidup-hidup. Sepertinya Jastin harus pergi sekarang juga. Ia masih sayang pada uang jajannya dan tentu saja..nyawanya.

Jastin pergi ke atas untuk membangunkan sang Adik yang sampai sekarang masih bergelut dengan selimutnya. Sampai di kamar Adiknya, Jastin menggelengkan kepala melihat Adiknya sedang tertidur dengan posisi menungging.

"Astaga, Jejes kamu mau bangun kapan? Abang telat kalau harus nunggu kamu sampai siang." Jastin berusaha membangunkannya. Tapi nihil, Jessy atau yang kerap dipanggil Jejes itu tidak mendengar Kakaknya. Ia masih sibuk dengan acara menunggingnya diiringi dengan racauan tidak jelas.

Jastin menjentikan jarinya mendapatkan sebuah Ide. Perlahan ia mendekatkan mulutnya pada telinga Jessy. "Jes, Vansa jemput kamu tuh di depan," bisik Jastin yang tentu saja bohong.

Tanpa diduga Jessy malah menggulingkan badannya ke depan persis orang yang melakukan roll depan. "APA?! Dimana Vansa, Bang? Dimana jodoh Jejes?" tanya Jessy tak jelas.

Jastin bukannya menjawab. Ia malah tertawa keras melihat tingkah konyol Adiknya. Sadar dibohongi oleh Abangnya, Jessy cemberut. "Abang ih bohongin Jejes," ucap Jessy kesal. Jastin tak menjawabnya, ia belum bisa berhenti tertawa.

"Abaanngg berhenti ketawanya ih," rengek Jessy yang membuat Jastin berusaha menghentikan tawanya.

"Cepet mandi. Enggak pake lama. Abang takut telat ke kampus gara-gara kamu, Abang ada kelas jam 8. Cepet sana mandi terus siap-siap. Abang tunggu di bawah," perintah Jastin yang tak bisa dibantah Jessy.

Segera Jessy pergi ke kamar mandi. Setelah membersihkan dirinya, Jessy memakai seragamnya dan berbagai persiapan yang lainnya. Merasa sudah selesai, Jessy turun ke bawah untuk menghampiri Abangnya dan tentu saja Bundanya.

"PAGI BUNDA!!" sapa Jessy dengan suara menggelegar miliknya. Lalu tanpa merasa bersalah, gadis itu mencium pipi kanan dan kiri Bundanya.

"Toa banget suara kamu Jes, Bunda sampai pengang dengernya ah." Jessy hanya menyengir mendengar protesan Bundanya. Jessy duduk lalu mulai memakan sarapannya dengan cepat.

Selesai dengan sarapan. Jessy dan Jastin segera berpamitan pada sang Bunda. Mereka langsung saja berangkat menggunakan mobil Jastin. Remaja perempuan itu selalu diantar oleh Abangnya jika berangkat sekolah. Untuk pulang terkadang ia menaiki taksi jika sang Abang tidak bisa menjemputnya.

Sampai di sekolah, Jessy segera mencium pipi kiri Jastin dan berpamitan. Setelah itu ia turun dari mobil dan masuk ke dalam sekolah.

"FINA..TASYA..NELI..NESSA!! JEJES COMING!!" sapa Jessy lagi-lagi dengan teriakannya.

"Berisik banget deh tuh orang," gumam salah satu siswi teman sekelas Jessy. Sayangnya yang ia bicarakan mendengar gumaman itu. Tanpa banyak bicara Jessy menghampiri siswi itu.

Brakkk

Jessy menggebrak meja milik siswi yang tadi berbicara buruk tentangnya. Siswi itu mendongak menatap Jessy dengan tatapan menantang. Jessy tertawa kagum. Kagum akan keberanian gadis ini.

"Kenapa Sheila? Lo enggak suka gue teriak? Lo enggak suka gue gebrak meja lo?" tanya Jessy menantang dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Jelas gue enggak suka. Lo ganggu ketenangan gue. Lo yang berisik dengan teriak-teriak enggak jelas itu hampir rusak pendengaran gue," jawab Sheila dengan beraninya.

Lihat selengkapnya