Di pagi buta Leanna terbangun. Tidurnya benar-benar tidak nyenyak. Setelah semalam dia dan Stella sedikit berbincang mengenai kepindahan Stella ke rumah barunya, membuat Leanna banyak berpikir. Dia tidak bisa terus menerus bergantung pada temannya itu. Bahkan ketika Stella menanyakan tempat tinggal baru Leanna, dia hanya menjawab akan tinggal di mess kantornya yang jelas-jelas tidak ada.
"Benar kamu akan tinggal di mess kantor?" tanya Stella ragu sambil menatap Leanna.
"Iya benar. Jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja," kata Leanna meyakinkan Stella sekali lagi.
"Baiklah kalau begitu. Tapi kalau kau butuh bantuan, jangan sungkan meneleponku ya! Dan ingat ... kamu harus datang di pernikahanku akhir minggu ini!" kata Stella pada akhirnya.
Pada akhirnya, dengan diam-diam Leanna pergi meninggalkan rumah Stella di pagi buta yang dingin, setelah meninggalkan selembar catatan kecil di pintu kulkas. Dengan membawa beberapa kopernya, Leanna segera pergi ke kantor. Seingatnya di ruang wardrobe ada beberapa sofa nyaman yang bisa dia gunakan untuk tidur. Mungkin sampai dia menemukan tempat tinggal baru, dia akan menginap di kantornya.
Saat tiba di stasiun TV VO-Channel, Leanna segera meletakkan kopernya di loker karyawan miliknya sebelum karyawan lainnya berdatangan. Kemudian mulai melakukan pekerjaannya menyiapkan dan merapikan beberapa pakaian yang akan digunakan untuk acara hari ini yang menurut seniornya adalah hari ulang tahun stasiun TV VO-Channel.
"Hai, Leanna!" sapaan ringan itu terdengar familiar saat Leanna menuju ruang make up.
"Hai, Arvian. Selamat pagi!" sapanya ramah saat pria itu tiba di hadapannya.
"Mau sarapan bersamaku tidak?"
"Hmm ... mungkin lain kali, ya. Aku benar-benar sibuk sekarang. Maaf, ya!" tolak Leanna halus.
"Begitu, ya. Ponselmu mana? Coba kupinjam!" Seperti tak kehabisan akal, Arvian menyodorkan tangannya meminta ponsel milik Leanna.
"Untuk apa? Pulsaku habis!" sahut Leanna.
"Aku bukan mau minta pulsa. Sudah cepat sini, aku pinjam sebentar!" kata Arvian sedikit tak sabar dan Leanna pun akhirnya menyerahkan ponselnya. Kemudian pria itu dengan cepat mengetikkan sesuatu di ponsel Leanna. "Simpan baik-baik ya nomor ponselku! Jangan kamu hapus! Aku akan menghubungimu kapan-kapan," ucap Arvian sambil menatap layar ponselnya sendiri kemudian menyimpan nomor ponsel Leanna yang telah masuk di ponselnya.
"Dasar! Itu pencurian nomor telepon namanya. Kenapa tidak bilang saja mau minta nomorku!"
"Memangnya kalau aku minta langsung, kamu mau kasih?"
"Ya, tidak juga siiih," sahut Leanna sambil nyengir kuda. "Sudah, ah! Aku mau kerja lagi. Sampai nanti!"
"Oke, yang semangat ya kerjanya!" kata Arvian ceria sambil bergaya ala kiss bye yang menggemaskan.
Di karenakan hari ini merupakan hari besar stasiun TV VO-Channel, maka hari ini managemen, seluruh staf beserta tim kreatif telah mempersiapkan beberapa acara yang seru dan spesial dari pagi hingga puncak acara yang spektakuler di tengah malam nanti. Hal ini sudah pasti membuat Leanna harus berlarian ke sana kemari mengurus beberapa pakaian para pembawa acara dan pengisi acara yang akan tampil. Bahkan sampai hari telah beranjak sore, Leanna masih sibuk berkutat dengan fitting pakaian beberapa penyanyi yang mengisi acara untuk tengah malam nanti. Beberapa artis pengisi acara pun kini tengah melakukan gladi bersih untuk mengsukseskan acara spektakuler tersebut, termasuk Arvian.
Di waktu yang sama, di rumah sakit Savero, Kakek Antony yang beberapa hari lalu ditolong Leanna sudah pulih dan sudah boleh pulang. Kondisi tubuh kakek itu telah membaik terlihat bagaimana cara pria itu tersenyum.
"Apa kamu sudah menemukan di mana gadis itu tinggal, Nic?" tanya Kakek Antony pada sekretaris kepercayaannya.