Love You, Doc!

Ayu Anggun
Chapter #7

#7 Secangkir Kopi

Sudah tiga hari ini Leanna tidak masuk kerja. Semenjak kejadian di rumah sakit, Leanna tak melihat sedikit pun penampakan Reynald di rumah. Mungkin pria itu sangat sibuk dengan pekerjaannya hingga tak pernah pulang. 

Suasana di rumah Kakek pun sangat sepi sekali karena Kakek sedang sibuk mengurus beberapa bisnisnya dan baru akan pulang ketika dini hari. Leanna merasa bosan hingga membuatnya tak bisa tidur malam ini. 

Pelan-pelan Leanna berjalan menuju dapur untuk membuat kopi kesukaannya. Sambil sesekali menyeret kakinya yang masih sedikit sakit, Leanna memanaskan air dan mengambil bubuk kopi. Setengah berjinjit, Leanna berusaha mengambil cangkir kopi di rak paling atas. Karena keseimbangan kakinya belum baik, Leanna pun oleng. Untung seseorang menangkap pinggangnya dan membantunya berdiri dengan benar. 

“Kenapa tidak panggil Bu Tia saja?” kata Reynald yang terlihat masih mengenakan pakaian rapi walau terlihat sedikit kusut. Nampaknya pria itu baru saja pulang dari rumah sakit karena aroma tubuhnya sedikit bercampur dengan aroma antiseptik. 

“Aku kan, hanya ingin membuat kopi saja. Tak perlu sampai membangunkan Bu Tia, kasihan,” jawab Leanna pelan namun jantungnya berdebar kencang karena kejadian barusan. Sudah kesekian kalinya dia berada sedekat ini dengan pria tampan itu hingga membuat jantungnya seakan mau melompat keluar. “Dokter baru pulang? Mau kubuatkan kopi?” tanya Leanna takut-takut. 

“Hmm ... boleh,” jawab Reynald singkat kemudian duduk di kursi meja makan. 

“Ini kopinya.” Leanna meletakkan secangkir kopi hangat di hadapan Reynald. “Dokter ... terima kasih ya,” ucap Leanna malu-malu sambil memainkan cangkir kopinya dan duduk di hadapan Reynald. 

“Untuk apa?” tanya Reynald sambil meminum kopinya dengan tenang. 

“Semuanya.” 

“Hmm ....” 

“Dan juga ... maaf karena aku tinggal di sini,” kata Leanna pelan. 

“Sudahlah. Tidur sana! Saya juga mau istirahat. Terima kasih kopinya,” kata Reynald sambil beranjak dari kursinya dan melangkah pergi menuju kamarnya di lantai dua. 

Leanna pun segera merapikan cangkir kopi yang tergeletak di meja makan kemudian bergegas menuju kamarnya yang juga di lantai dua. 

Sambil berbaring di kasurnya yang nyaman, Leanna kembali teringat kejadian di lift kantor saat maag-nya kumat dan kejadian beberapa hari ini. Menurutnya, pria itu sebenarnya baik. Hanya saja sikapnya dingin karena wajah tanpa ekspresinya yang lebih sering terlihat galak. 

Keesokan paginya, suasana rumah Kakek masih sama seperti kemarin. Masih sunyi senyap dan hening. Reynald juga sepertinya sudah berangkat pagi-pagi buta. Menurut Bu Tia, Reynald pulang hanya untuk mengecek kesehatan kakeknya yang mulai sibuk dengan pekerjaannya lagi. 

Alhasil selesai sarapan Leanna kembali ke kamarnya dan mulai menyelesaikan gaun bridesmaid untuk pernikahan Stella. Bahan lace biru muda yang diberikan Stella disulapnya menjadi sebuah dress simpel selutut yang elegan. Ide desainnya berasal dari dress karya Elie Saab desainer favoritnya. Leanna selalu suka gaun penuh ornamen bunga dan kristal dengan warna lembut yang romantis karya desainer tersebut. 

Setelah cukup lama berkutat dengan kain, gunting dan benang akhirnya Leanna keluar dari kamarnya menuju halaman depan untuk meregangkan otot-ototnya yang kaku karena duduk terlalu lama. Sambil memandang langit senja yang kemerahan, Leanna duduk di salah satu bangku taman halaman depan. 

Tak lama sebuah mobil sedan hitam yang Leanna hapal sebagai mobil Reynald berhenti di garasi di samping halaman depan. Sepertinya hari ini Reynald pulang lebih awal. Tak sampai lima menit sebuah mobil sedan merah memasuki garasi yang sama dan berhenti tepat di samping mobil Reynald. Seorang wanita tinggi semampai dibalut pakaian modis buatan desainer terkenal keluar dari mobil merah tersebut kemudian tersenyum pada pria tampan di hadapannya. Bahkan wanita itu tak segan menggandeng lengan Reynald sambil bergelayut manja. Mungkin wanita itu kenal baik dengan sang dokter. Terlihat bagaimana pria itu sama sekali tak keberatan dengan semua perlakuan wanita di sampingnya. Lagipula wanita itu terlihat benar-benar berkelas, jauh berbeda dengan Safira yang tempo hari selalu mendekati Reynald. 

“Siapa dia?” tanya wanita itu saat berhenti di depan Leanna yang seingat Leanna adalah Direktur Queen's, Nona Fiona Nathalia. 

Lihat selengkapnya