Love You, My Partner

Viky Aulia Safitri
Chapter #3

Inikah takdir?

Perpustakan sangat sepi, hanya dua orang yang ada didalamnya. Aku buru-buru mencari buku yang aku cari. Aku harus mencari buku pediatric untuk menyelesaikan tugas kuliah ku. Aku mulai mencari-cari dan akhirnya menemukannya.

"Hei itu buku yang mau gue pinjem" suara laki-laki yang tengah protes kini terdengar di telinga ku memecahkan keheningan yang ada di perpustakan.

"Itu masih ada satu buku lagi" tutur ku mengambil buku yang sama dan memberikan kepadanya. Aku terkejut ketika melihat laki-laki yang ada dihadapan ku. Ia tersenyum menyebalkan padaku. 

"Nih" aku melempar buku padanya dan ia langsung protes. Mungkin ia kira aku tak bisa bersikap kasar. Jika dirumah sakit aku akan menghargainya karena kami partner kerja tapi diluar rumah sakit aku dan dia tak ada hubungan untuk saling menghargai.

"Lo kenapa bisa ada disini? Ah jangan bilang lo kuliah disini?" ah tidak jangan bilang ia juga kuliah disini.

"Bukan urusan lo" ucap ku menatap tajam padanya enggan menjawab pertanyaannya.

"Lo? Biasanya lo bilang saya-kamu" ia mengejek ku.

"Itu kalo di rumah sakit" ucap ku memutar bola mata kemudian mencari kembali referensi buku yang akan aku gunakan.

Aku berjalan ke rak buku yang lain agar bisa menghilang dari hadapan Revan yang menyebalkan. Aku mencari buku-buku yang mungkin bisa aku gunakan untuk tugas kuliah ku. Aku menemukan satu dan saat itu juga sebuah tangan ikut mengambil buku yang aku pegang.

"Bisa tinggalin gue ga sihd danjangan ganggu gue" ucap ku kesal karena dia terus-menerus menganggu ku.

"Gue mau pinjem buku ini juga" ia mengangkat kedua bahunya.

"Itu ada buku yang sama" ucap ku menunjuk buku lain yang sama.

"Tapi gue mau buku itu" sial apa sih yang ia mau. Hobi sekali ia menganggu ku. Dengan sangat kesal aku mengambil buku lain dan aku bisa mendengar ia tertawa cekikikan membuat aku ingin mencekik lehernya.

***

Aku melirik kesana-kemari mencari tau apakah ada orang disini. Aku memang diam-diam menggunakan laboratorium kampus. Belajar di laboratorium yang sepi merupakan hal yang sering aku lakukan. Selain tenang tak ada orang yang akan mengganggu mu.

Aku duduk di satu-satunya meja yang ada disini. Aku membuka buku yang ada dan mulai membacanya. Aku mulai merangkumnya agar mudah memaminya. 

Baru setengah jam aku membaca buku, rasa kantuk sudah datang. Ini kebiasaan buruk ku ketika belajar rasa kantuk sering kali menjadi penganggu. Aku meregangkan otot-otot leher ku, beritirahat sejenak mencoba mengusir rasa kantuk ku.

Lihat selengkapnya